Harapan itu selalu ada untuk orang-orang yang tidak mudah menyerah! Semangaaaaaaaaaaaaaat! :)

Sabtu, 23 November 2013

TUGAS KE VI – MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN

TUGAS KE VI – MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN 


1. MASYARAKAT

PENGERTIAN MASYARAKAT


     Mengenai arti masyarakat, di sini kita kemukakan beberapa definisi mengenai masyarakat dari para sarjana, seperti misalnya : 

 1) R. Linton : Seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telaha cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

2) M.J. Herskovits : Mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.

3) J.L. Gillin dan J.P. Gillin : Mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.

4) S.R. Steinmetz: Seorang sosiolog bangsa Belanda mengatakan, bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar, yanag meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil, yang mempunyai perhubungan yang erat ada teratur.

5) Hasan Shadily : mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, yang dengan pengaruh bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satusama lain.

SYARAT-SYARAT MENJADI MASYARAKAT

    Mengingat definisi-definisi masyarakat atersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa masyarakat harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :

a) Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang;
b) Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu;
c) Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.


TIPE-TIPE MASYARAKAT
        Apabila kita berbicara tentang masyarakat, terutama jika kita mengemukakannya dari sudut antropologi, maka kita mempunyai kecenderungan untuk melihat 2 tipe masyarakat :

Pertama, satu masyarakat kecil yang belum begitu kompleks, yang belum mengenal pembagian kerja, belum mengenal struktur dan aspek-aspeknya masih dapat dipelajari sebagai satu kesatuan.

Kedua, masyarakat yang sudah kompleks. yang sudah jauh menjalankan spesialisasi dalam segala bidang. karena ilmu pengetahuan modern sudah maju, teknologi maju. sudah mengenal tulisan, satu masyarakat yang sukar diselidiki dengan baik dan didekati sebagian saja.

    Sebenarnya pembagian masyarakat dalam 2 tipe itu hanya untuk keperluan penyelidikan saja. Dalam satu masa sejarah antropologi, masyarakat yang sederhana itu menjadi obyek penyelidikan dari antropologi, khususnya antropologi sosial. Sedang masyarakat yang kompleks, adalah terjadi obyek penyelidikan sosiologi.
      Sekarang ruang lingkup penyelidikan antropologi dan sosiologi tidak mempunyai batas-batas yang jelas. Hanya pada metode-metode penyelidikan ada beberapa perbedaan. Antropologi sosial mengarahkan penyelidikannya ke arah perkotaan. sedang sosiologi melebarkan studinya ke daerah pedesaan.

     Sebenarnya dua tipe masyarakat itu berbeda secara gradual saja, bukan secara
prinsipil.


2. MASYARAKAT PERKOTAAN
      Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Perhatian khusus masyarakat kota tidak terbatas pada aspek-aspek seperti pakaian, makanan dan perumahan, tetapi mempunyai perhatian lebih luas lagi. Orang-orang kota sudah memandang penggunaan kebutuhan hidup, artinya oleh hanya sekadarnya atau apa adanya. Hal ini disebabkan oleh karena pandangan warga kota sekitarnya. Kalau menghidangkan makanan misalnya, yang diutamakan adalah bahwa yang menghidangkannya mempunyai kedudukan sosial yang tinggi.

       Bila ada tamu misalnya, diusahakan menghidangkan makanan-makanan yang ada dalam kaleng. Pada orang-orang desa ada kesan, bahwa mereka masak makanan itu sendiri tanpa memperdulikan apakah tamu-tamunya suka atau tidak. Pada orang kota, makanan yang dihidangkan harus kelihatan mewah dan tempat penghidangannya juga harus mewah dan terhormat. Di sini terlihat perbedaan penilaian. Orang desa memandang makanan sebagai suatu alat memenuhi kebutuhan biologis, sedangkan pada orang kota, makanan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sosial. Demikian pula masalah pakaian, orang kota memandang pakaian pun sebagai alat kebutuhan sosial. Bahkan pakaian yang dipakai merupakan perwujudan dari kedudukan sosial si pemakai.

CIRI-CIRI MASYARAKAT PERKOTAAN


Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota, yaitu :

1) Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Kegiatan-kegiatan keagamaan hanya setempat di tempat-tempat peribadatan, seperti : di masjid, gereja. Sedangkan di luar itu, kehidupan masyarakat berada dalam lingkungan ekonomi, perdagangan. cara kehidupan demikian mempunyai kecenderungan ke arah keduniawian, bila dibandingkan dengan kehidupan warga masyarakat desa yang cenderung ke arah keagamaan.

2) Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang-orang lain. Yang terpenting di sini adalah manusia perorangan atau individu. Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, sebab perbedaan kepentingan, paham politik, perbedaan agama, dan sebagainya.

3) Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata. Misalnya seorang pegawai negeri lebih banyak bergaul dengan rekan-rekannya daripada tukang-tukang becak, tukang kelontong atau pedagang kaki lima lainnya. Seorang sarjana ekonomi akan lebih banyak bergaul dengan rekannya dengan latar belakang pendidikan dalam ilmu ekonomi daripada dengan sarjana-sarjana ilmu politik, sejarah, atau yang lainnya. Begitu pula dalam lingkungan mahasiswa mereka lebih senang bergaul dengan sesamanya daripada dengan mahasiswa yang tingkatannya lebih tinggi atau rendah.

4) Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa. Pekerjaan para warga desa lebih bersifat seragam, terutama dalam bidang bertani. Oleh karena itu pada masyarakat desa tidak banyak dijumpai pembagian kerja berdasarkan keahlian. Lain halnya di kota, pembagian kerja sudah meluas, sudah ada macam-macam kegiatan industri, sehingga tidak hanya terbatas
pada satu sektor pekerjaan.

Singkatnya, di kota banyak jenis-jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh warga-warga kota, mulai dari pekerjaan yang sederhana sampai pada yang bersifat teknologi.

5)
Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan bahwa interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.

6) Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.

7) Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari Iuar. Hal ini sering menimbulkan pertentangan antara golongan tua dengan golongan muda. Oleh karena itu golongan muda yang belum sepenuhnya terwujud kepribadiannya, lebih sering mengikuti pola-pola baru dalam kehidupannya.

3. DESA

PENGERTIAN DESA




     Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartohadikusuma mengemukakan sebagai berikut :

       Desa adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri.

      Menurut Bintarto desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.

Sedangkan menurut Paul H. Landis : Desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.


CIRI-CIRI DESA
Ciri-cirinya sebagai berikut :

a) Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.

b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.

c) Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

      Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga anggota masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana ia hidup dicintai serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai anggota masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagian bersama di dalam masyarakat.

CIRI-CIRI MASYARAKAT PEDESAAN


     Adapun yang menjadi ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain sebagai berikut :

a) Di dalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya;

b) Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (Gemeinschaft atau paguyuban).

c) Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part time) yang biasanya sebagai pengisi waktu luang.

d) Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencarian, agama, adat-istiadat dan sebagainya.

     Oleh karena anggota masyarakat mempunyai kepentingan pokok yang hampir sama, maka mereka selalu bekerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Seperti pada waktu mendirikan rumah, upacara pesta perkawinan, memperbaiki jalan desa, membuat saluran air dan sebagainya. dalam hal-hal tersebut mereka akan selalu bekerjasama.
Bentuk-bentuk kerjasama dalam masyarakat sering diistilahkan dengan
gotong royong dan tolong-menolong. Pekerjaan gotong-royong pada waktu sekarang lebih populer dengan istilah kerja bakti misalnya memperbaiki jalan, saluran air, menjaga keamanan desa (ronda malam) dan sebagainya.


4. PERBEDAAN MASYARAKAT PERKOTAAN DENGAN MASYARAKAT PEDESAAN


 1) Dilihat dari Jumlah dan Kepadatan Penduduk

    a. Penduduk kota lebih banyak jumlahnya dibandingkan penduduk desa.

   b. Di desa jumlah penduduknya sedikit sehingga tanah untuk keperluan perumahan cenderung ke arah horizontal, jarang ada bangunan rumah bertingkat. Sedangkan di kota, karena pembangunan yang melebar ke samping itu tidak memungkinkan maka pembangunannya mengarah ke atas (bertingkat).


2) Dilihat dari segi Lingkungan Hidup

  a. Lingkungan di perkotaan sudah banyak yang tercemar oleh polusi udara dari asap-asap pabrik atau kendaraan bermotor, polusi air yang berasal dari limbah rumah tangga yang dibuang sembarangan ke sungai dan saluran-saluran air. Dan tanah resapan yang seharusnya ada untuk menadahi air hujan di daerah perkotaan sudah banyak yang ditimbun, diaspal, dibeton, untuk dibangun apartemen, perumahan, atau pun gedung-gedung tinggi lainnya. Sebab itulah banjir kian merajalela, kelebihan air hujan yang harusnya meresap ke tanah tidak dapat tertampung dengan baik akibat pembangunan gedung yang serampangan.


b. Lingkungan di pedesaan daerahnya masih lebih asri ketimbang perkotaan. Karena masyarakat desa lebih banyak yang berprofesi sebagai petani (bercocok tanam) sehingga tanah-tanah resapan masih tersedia dengan baik. Selain itu, lingkungan di daerah pedesaan biasanya hanya sedikit menimbulkan polusi lingkungan bahkan bisa jadi sama sekali tidak ada polusi sebab masyarakatnya bisa menjaga lingkungan dengan baik.

CONTOH KASUS :

Bingkaiberita.com-Potret Pendidikan Anak Sekolah Desa dan Kota Terjadi masalah yangserius ketika kita melihat anak-anak yang tinggal di desa. Dan bagaimana cara agar anak tersebut dapat masuk sekolah tanpa ada kendala? Para Guru harus tahu masalah yang terjadi antara di desa dan dikota, antara kedua wilayah tersebut perlu kita ketahui bahwa di desa banyak orang yang semangat untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran dari seorang guru.  Adapun untuk anak-anak yang berada di kota malah sebaliknya seperti potret pendidikan anak yang sekolah di desa dan di kota. Lihat gambar potret tersebut di bawah ini:


Perbedaan sikap dan perilaku tersebut mencerminkan bahwa seorang anak desa dan kota memiliki kesemangatan yang berbeda dalam menuntut ilmu. Anak kota dengan fasilitas yang ada di sekolahan dan di beberapa wilayah telah disediakan informasi yang cepat dengan media yang ada mereka tak berminat lagi untuk mencari ilmu. Mengapa demikian bisa terjadi pada anak sekolahan di kota? Karena akibat beberapa pergaulan di masyarakat kota dan dalam  Aspek Keluarga pun Anak tidak diperhatikan lantaran ayah dan Ibu sibuk bekerja demi uang dan anak di didik oleh seorang pembantu sehingga Anak pun tidak mempunyai kasih
 sayang antara kedua orang tua dan Pendidikan pun terbengkelai. Mereka dipenuhi segala macam kebutuhanannya dari bangun tidur sampai tidur lagi sehingga anak-anak bosan untuk menuntut ilmu dan akhirnya tanpa ada dukungan dari orang tua untuk maju. Anak Anak kota sering bolos dari sekolahan  untuk menghambur hamburkan uang kedua orang tuanya untuk pergi main Game PS ataupun Gameonline pada umumnya. Berbeda dengan Anak-anak desa yang mempunyai kesemangatan dalam menggapai cita cita, mereka ingin sukses dengan menuntut ilmu yang tinggi agar perekonomian keluarga semakin membaik dan tidak menjadi beban lagi kelak dan orang tua mempunyai andil penuh dalam pendidikan anak di keluarga.
 Anak Kota  dan Mahasiswa daerah yang ke Perkotaan Mungkin dari sekian ribu anak yang hidup di desa ada yang belum melihat perkotaan secara menyeluruh dari segala aspek sehingga dia lupa akan pendidikan yang diajarkan di pedesaan,  Seorang yang terkena dampak dari pergaulan lingkungan misalnya Ia tak akan berpikir lagi bagaimana orang tuanya mencari uang untuk kuliah anaknya di perkotaan besar, sepanjang hidupnya berkegiatan nongkrong di pinggir jalan bersama teman-temannya atau di mall. hingga kehidupan yang dulunya terang menjadi redup antara siang dan malam menjadi kebalikan. Karena sampai kelarutan dia nongkrong entah di depan komputer ataupun dipinggir jalan sehingga waktu siangnya pun berubah menjadi malam. kebiasaan seperti ini harus ditinggalkan mulai dari sekarang dampaknya yang dapat dilihat diantaranya adalah:
1. Bolos Kuliah
Dia tak lagi memetingkan kuliah karena waktu dia kuliah hidupnya hanya untuk bersenang senang karena jauh dengan Orang tuanya  dan setiap kuliah dia titip kepada temannya untuk signature atau tanda tangan untuk masuk kuliah, ini di kerjakan anak anak jaman sekarang karena setiap dosen tidak menggunakan kalimat absen  dibacakan kepada mahasiswanya jadi yang seperti ini wajar kalau seorang mahasiswa mengakali jam kuliahnya.
2. Boros Uang
Dia tak memikirkan lagi betapa susahnya orang tua mencari rizki atau uang untuk pembayaran sekolah anaknya, Kedua orang tua hanya pasrah bahwa anaknya di luar kota untuk mencari ilmu semata dan akan akhirnya dia malah tahu anaknya kuliah sampai menghabiskan waktu berpuluh tahun untuk mendapatkan gelarnya.
3. Boros Waktu
Demikian dengan waktu, dari waktu yang singkat menjadi waktu yang lama dalam menempuh gelar sarjana pun membuat seorang yang mempunyai target untuk mendapatkan gelar jadi amburadul hingga akhirnya Ia harus fokus untuk dalam mendapatkan gelarnya.
Dampak tersebut merupakan sebuah potret Anak Sekolah di negeri Indonesia  antara di desa dan Dikota dan kesemangatan anak desapun bisa luntur akibat adanya masa pergaulan dan dampak lingkungan sangat berpengaruh bagi Anak-Anak yang tak dapat menimba dan membedakan antara sesuatu yang baik dan yang tidak baik.
(dengan sedikit perubahan sesuai dengan EYD)
Sumber kasus: http://www.bingkaiberita.com/potret-pendidikan-anak-sekolah-desa-dan-kota/

ANALISA KASUS:

       Berdasarkan kasus di atas, terlihat sekali perbedaan yang signifikan antara pelajar di desa dengan pelajar di kota. Menurut saya, beberapa pelajar di kota-kota besar yang banyak menganggap pendidikan hanyalah sebuah formalitas untuk mendapatkan selembar kertas bernama "ijazah" sebagai bukti bahwa kita telah menyelesaikan pendidikan entah jenjang S1, S2, ataukah S3 dst. Dengan ijazah itulah kita bisa mendapatkan pekerjaan. Entah kenapa di Indonesia, selembar kertas bernama "ijazah" itu sangat berpengaruh dengan diterima atau tidaknya kita dalam dunia kerja, di sisi lain ternyata masih banyak orang yang belajar secara otodidak dan kemampuannya bahkan melebihi  kemampuan pelajar/orang-orang yang menempuh pendidikan melalui jalur perguruan tinggi bedanya di sini, mereka tidak memiliki ijazah. Ketika melamar pekerjaan, meskipun orang yang benar ahli tapi tidak memiliki ijazah begitu dipandang sebelah mata karena tidak ada bukti konkret dari sebentuk "ijazah" di tangan mereka. Kecuali jika memang mereka sudah diberikan tes penerimaan pekerjaan kemudian lolos dengan sukses. 
       
       Menurut saya, mungkin memang ada beberapa pelajar kota yang bersikap seperti yang disebutkan di contoh kasus di atas, mulai malas bersekolah dan lebih suka bermain-main atau menghabiskan waktu dengan sia-sia. Namun kini, banyak pelajar di kota yang ternyata berasal dari desa dan mampu bersaing secara sportif dengan pelajar-pelajar asli dari kota. Pelajar dari desa banyak yang ingin membuktikan meskipun mereka dari desa yang belum banyak terkontaminasi dengan pergaulan kota, juga memiliki kemampuan yang setara dengan pelajar dari kota.

     Pelajar dari desa bisa dilihat sebagai contoh untuk para pelajar di kota sebab kegigihan mereka untuk mendapatkan ilmu dari bersekolah itu tidak main-main. Seperti foto di atas, mereka rela mempertaruhkan nyawa hanya untuk mendapatkan ilmu dari desa seberang yang harus di tempuh dengan jarak berkilo-kilo meter karena akses jembatan yang rusak atau bahkan belum di bangun. Semangat pelajar dari desa itu patut untuk dicontoh. Meskipun miris melihat begitu jelasnya PERBEDAAN PELAYANAN PENDIDIKAN untuk pelajar di negeri ini (di desa dan di kota). Saya tidak habis pikir, heran. Sebenarnya ke mana "WAKIL RAKYAT" yang bernama "PEMERINTAH" itu? Sebenarnya ke mana uang-uang yang seharusnya untuk membuat pendidikan generasi penerus bangsa ini bisa LEBIH BAIK?! Pemerintah yang menangani bidang pendidikan bertanggung jawab akan hal ini. Jangan hanya beralasan kalau daerah yang kurang pendidikan itu begitu terpencil dan tidak bisa dijangkau dengan akses kendaraan bla bla bla, lebih baik berusaha dahulu daripada terlalu banyak ba bi bu beralasan. Di era modern seperti sekarang bukankan tidak ada yang tidak mungkin terjangkau?

5. HUBUNGAN DESA DAN KOTA


             Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar di antara keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena di antara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan seperti beras, sayur-mayur, daging dan ikan.Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota, misalnya saja buruh bangunan dalam proyek-proyek perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja-pekerja musiman. Pada saat musim tanam, mereka sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan di bidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.

      Sebaliknya, kota menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh orang desa seperti bahan-bahan pakaian, alat dan obat-obatan pembasmi hama pertanian, minyak tanah, obat-obatan untuk memelihara kesehatan dan alat transportasi. Kota juga menyediakan tenaga-tenaga yang melayani bidang-bidang jasa yang dibutuhkan oleh orang desa tetapi tidak dapat dilakukannya sendiri, misalnya saja tenaga-tenaga di bidang medis atau kesehatan, montir-montir, elektronika dan alat transportasi serta tenaga yang mampu memberikan bimbingan dalam upaya peningkatan hasil budi daya pertanian, peternakan ataupun perikanan darat.

      Dalam kenyataannya hal ideal tersebut kadang-kadang tidak terwujud karena adanya beberapa pembatas. Jumlah penduduk semakin meningkat, tidak terkecuali di pedesaan. Padahal, luas lahan pertanian sulit bertambah, terutama di daerah yang sudah lama berkembang seperti pulau Jawa. Peningkatan hasil pertanian hanya dapat diusahakan melalui intensifikasi budi daya di bidang ini. Akan tetapi, pertambahan hasil pangan yang diperoleh melalui upaya intensifikasi ini, tidak sebanding dengan pertambahan jumlah
penduduk, sehingga pada suatu saat hasil pertanian suatu daerah pedesaan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduknya saja, tidak kelebihan yang dapat dijual lagi.

Dalam keadaan semacam ini, kota terpaksa memenuhi kebutuhan pangannya dari daerah lain, bahkan kadang-kadang terpaksa mengimpor dari luar negeri. Peningkatan jumlah penduduk tanpa diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja ini pada akhirnya berakibat bahwa di pedesaan terdapat banyak orang yang tidak mempunyai mata pencaharian tetap. Mereka ini merupakan kelompok pengangguran, baik sebagai
pengangguran penuh maupun setengah pengangguran.

6. 5 UNSUR LINGKUNGAN PERKOTAAN

         Secara umum dapat dikenal babwa suatu lingkungan perkotaan, seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :

a) Wisma : Unsur ini merupakan bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat berlindung terbadap alam sekelilingnya, serta untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga. Unsur wisma ini mengharapkan :

1) Dapat mengembangkan daerah perumahan penduduk yang sesuai pertarribahan kebutuhan penduduk untuk masa mendatang;
2) Memperbaiki keadaan lingkungan perumahan yang telah ada agar dapat mencapai standar mutu kehidupan yang layak, dan memberikan nilai-nilai lingkungan yang aman dan menyenangkan.

b) Karya : Unsur ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota, karena unsur ini merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.

Penyediaan lapangan kerja bagi suatu kota dapat dilakukan dengan cara menyediakan ruang; misalnya bagi kegiatan perindustrian, perdagangan, pelabuhan, terminal serta kegiatan-kegiatan kerja lainnya.

c) Marga : Unsur ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya di dalam kota (hubungan internal), serta hubungan antara kota itu dengan kota-kota atau daerah lainnya (hubungan eksternal). Di dalam unsur ini termasuk :

1) Usaha pengembangan jaringan jalan dan fasilitas-fasilitasnya (terminal, parkir, dan lain-lain) yang memungkinkan pemberian pelayanan seefisien mungkin;
2) Pengembangan jaringan telekomunikasi sebagai suatu bagian dari sistem transportasi dan komunikasi kota secara keseluruhan.

d) Suka : Unsur ini merupakan bagian dari ruang perkantoran untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas-fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian.

e) Penyempurnaan : Unsur ini merupakan bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi belum secara tepat tercakup ke dalam ke empat unsur di atas, termasuk fasilitas keagamaan, pekuburan kota, fasilitas pendidikan dan kesehatan, jaringan utilitas umum.

            Kelima unsur pokok ini merupakan pola pokok dari komponen-komponen perkotaan yang kuantitas dan kualitasnya kemudian dirinci di dalam perencanaan suatu kota tertentu sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang spesifik untuk kota tersebut pada saat sekarang dan masa yang akan datang.

7. ASPEK POSITIF DAN NEGATIF MASYARAKAT DESA DENGAN KOTA


          Untuk menunjang aktivitas warganya serta untuk memberikan suasana aman, tenteram dan nyaman pada warganya, kota dihadapkan pada keharusan menyediakan berbagai fasilitas kehidupan dan keharusan untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul sebagai akibat aktivitas warganya. Dengan kata lain, kota harus berkembang.

        Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola kebidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam komponen-komponen yang membentuk struktur kota tersebut. Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan oleb tingkat perkembangan dan pertumbuban kota tersebut.

         Pemecahan masalah-masalah tersebut atau pencapaian persyaratan di atas, hendaknya dituangkan dalam suatu kebijaksanaan dasar yang dikaitkan dengan pengembangan wilayah dan interaksi kota dan sekitarnya secara berimbang dan harmonis.

         Untuk itu semua, maka fungsi dan tugas aparatur Pemerintah Kota harus ditingkatkan :

1) Aparatur kota harus dapat menangani pelbagai masalah yang timbul di kota. Untuk itu, maka pengetahuan tentang administrasi kota dan perencanaan kota harus dimilikinya;

2) Kelancaran dalam pelaksanaan pembangunan dan pengaturan tata kota harus dikerjakan dengan cepat dan tepat, agar tidak disusul dengan masalah lainnya;

3) Masalah keamanan kota harus dapat ditangani dengan baik sebab kalau tidak, maka kegelisahan penduduk akan menimbulkan masalah baru;

4) Dalam rangka pemekaran kota, harus ditingkatkan kerjasama yang baik antara para pemimpin di kota dengan para pemimpin di tingkat Kabupaten, tetapi juga dapat bermanfaat bagi wilayah Kabuaten di sekitarnya.

           Oleh karena itu maka kebijaksanaan perencanaan dan mengembangkan kota harus dapat dilihat dalam kerangka pendekatan yang luas yaitu pendekatan regional. Rumusan pengembangan kota seperti itu tergambar dalam pendekatan penanganan masalah kota sebagai berikut :

1) Menekan angka kelahiran;
2) Mengalihkan pusat pembangunan pabrik (industri) ke pinggiran kota;
3) Membendung urbanisasi;
4) Mendirikan kota satelit di mana pembukaan usaha relatif rendah;
5) Meningkatkan fungsi dan peranan kota-kota kecil atau desa-desa yang telah ada di sekitar kota besar;
6) Transmigrasi bagi warga yang miskin dan tidak mempunyai pekerjaan.

         Kota secara internal pada hakikatnya merupakan satu organisme, yakni kesatuan integral dari tiga komponen, meliputi "Penduduk, kegiatan usaha dan wadah-wadah ruang fisiknya. Ketiganya saling berkaitan, saling mempengaruhi, oleh karenanya suatu pengembangan yang tidak seimbang antara ketiganya, akan menimbulkan kondisi kota yang tidak positif, antara lain semakin menurunnya kualitas hidup masyarakat kota.

        Dengan kata lain, suatu perkembangan kota harus mengarah pada penyesuaian lingkungan fisik ruang kota dengan perkembangan sosial dan kegiatan usaha masyarakat kota. Di pihak lain, kota mempunyai juga peran/fungsi eksternal, yakni seberapa jauh fungsi dan peran kota tersebut dalam kerangka wilayah dan daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik dalam skala regional maupun nasional. Dengan pengertian ini diharapkan bahwa suatu pengembangan kota tidak mengarah pada satu organ tersendiri yang terpisah dengan daerah sekitarnya, karena keduanya saling mempengaruhi.

Aspek Positif pada masyarakat desa:

a. Memiliki rasa kepedulian yang tinggi kepada sesama
b. Cenderung lebih sederhana dalam menjalani kehidupan
c. Pelajar yang termasuk dalam masyarakat desa, memiliki tingkat fokus lebih baik dalam belajar karena belum terpengaruh dengan pergaulan bebas.


Aspek Negatif pada masyarakat desa:
a. Perkembangan pengetahuan dan wawasan masyarakat yang desanya masih belum terjamah teknologi, mayoritas mengalami ketertinggalan informasi tentang perkembangan negaranya
b. Adanya masyarakat yang buta huruf atau putus sekolah disebabkan tidak adanya biaya
c. Untuk masyarakat yang kemampuan ekonominya berada di bawah garis kemiskinan, mayoritas keluarganya atau anak-anaknya rentan terkena gizi buruk karena kurangnya asupan gizi selama dalam kandungan maupun setelah lahir ke dunia.


Aspek Positif pada masyarakat kota:
a. Menjadi manusia yang selalu bisa mengikuti perkembangan zaman di era teknologi dan informasi seperti sekarang ini
b. Lebih mudah menjangkau (lebih dekat dengan) pusat-pusat pemerintahan 
c. Masyarakat asli kota mayoritas mampu untuk menyekolahkan anak-anak mereka hingga jenjang pendidikan tertinggi, baik dengan biaya sendiri maupun melalui beasiswa yang sekarang banyak diberikan untuk pelajar-pelajar berprestasi

Aspek Negatif pada masyarakat kota:

a. Kota terkenal dengan kehidupan yang keras, persaingan yang ketat sehingga kebanyakan masyarakat kota lebih memprioritaskan diri sendiri daripada orang lain (cenderung tidak mau tahu akan urusan orang lain)
b. Lebih mudah terpengaruh oleh hadirnya era globalisasi, masyarakat mulai mengikuti gaya hidup orang Barat
c. Sebagian pelajar laki-laki belum mampu mengendalikan emosi yang mengakibatkan terjadinya tawuran antara pelajar hingga menimbulkan korban jiwa
d. Disamping itu, pelajar perempuan ada yang menjadi korban akibat pergaulannya yang terlalu bebas (terkena HIV/AIDS, hamil di luar nikah, melakukan aborsi, dll.)
e. Banyak remaja di kota yang juga terpengaruh temannya agar dibilang gentle, keren atau hanya sekedar coba-coba namun akhirnya ketagihan (misalnya merokok atau mengonsumsi narkoba tanpa memikirkan akibatnya).

REFERENSI :
Harwantiyoko & F. Katuuk, Heltje.1997.MKDU ILMU SOSIAL DASAR.Jakarta: Penerbit Gunadarma. (digital book)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.