Harapan itu selalu ada untuk orang-orang yang tidak mudah menyerah! Semangaaaaaaaaaaaaaat! :)

Selasa, 11 Juni 2013

MELANCONG KE MASJID MENARA KUDUS DI KOTA KUDUS

Jika suatu hari Anda singgah di kota Kudus, Jawa Tengah, dan ingin menikmati wisata ruhani, rasanya kurang afdal kalau Anda tak mengunjungi Masjid Menara Kudus. Berkunjung ke masjid peninggalan Sunan Kudus ini Anda akan merasakan nuansa spiritual dan sejarah menjadi satu paket.
Letak masjid ini tak jauh dari pusat kota. Kira-kira berjarak 1,5 Kilometer dari alun-alun Kudus. Jadi, tidaklah sulit untuk mencarinya. Ketika berada di depan masjid, akan terlihat menara Kudus yang menjulang tinggi. Lalu ketika memasuki masjid, akan terasa nuansa masa lalu yang masih bisa dirasakan mengingat beberapa bangunan masih dibiarkan seperti bentuk aslinya, tetapi beberapa bagian lainnya ada yang sudah direnovasi.

Masjid Menara Kudus








Sejarah Kota Kudus

Kudus adalah salah satu kota kecil yang terletak di Jawa Tengah. Luas wilayahnya kurang lebih 425,17 Km2. Tak salah, jika kota kudus tergolong padat penduduk. Apalagi, Kudus merupakan kota industri. Tidak sedikit pabrik rokok yang berdiri di kota ini. Wajar jika kota Kudus pun disebut sebagai kota kretek.




Sejarah kota Kudus pun tidak lepas dari peran dakwah Sunan Kudus, salah satu wali dari Walisongo ( Sembilan wali ) yang terkenal. Bahkan dalam peraturan Daerah atau PERDA No. 11 tahun 1990, hari jadi kota Kudus ditetapkan pada tanggal 28 September 1549 M. Sementara dalam catatan sejarah tertulis bahwa Masjid Menara Kudus didirikan pada 956 H atau 1549 M. Catatan tahun pendirian Masjid Menara Kudus ini dapat dilihat dari inskripsi di atas mihrab masjid yang ditulis dalam bahasa Arab.

Sayang, tulisan pada inskripsi itu sekarang ini sudah sulit dibaca –karena banyak huruf yang rusak. Padahal, batu inskripsi itu konon dibawa oleh Sunan Kudus dari Yerusalem. Dari cerita batu inskripsi itu ditengarai bahwa penamaan kota Kudus diambil dari nama Al-Quds, sebuah nama lain dari Yerusalem.

Hal ini tidak lepas dari perjalanan kisah Sunan Kudus sewaktu pergi ke Timur Tengah. Itulah kisah yang hingga kini masih dipercaya kebenarannya. Apalagi, Masjid Menara Kudus dikenal pula bernama Masjid Al-Aqsa dan kisah di balik pendiriannya berkaitan erat dengan dengan kota para nabi di Timur Tengah, yaitu Bait Al-Maqdis atau Al-Quds di Yerusalem.

Ceritanya, dulu Sunan Kudus – Syekh Ja’far Shadiq – pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Saat itu, tengah merebak wabah penyakit kudis di Tanah Suci. Segala upaya pencegahan telah dilakukan, tapi sayangnya belum ada hasil. Hingga akhirnya penguasa Mekkah meminta Syekh Ja’far Shadiq turun tangan mencegah wabah penyakit tersebut. Singkat cerita, atas izin Allah, Syekh Ja’far Shadiq berhasil menghentikan merebaknya penyakit kudis itu.

Dari situlah, penguasa Mekkah bermaksud memberikan hadiah sebagai tanda terima kasih. Tetapi, Sunan Kudus menolak. Sebagai gantinya, Sunan Kudus meminta jika diizinkan berada di Palestina untuk diperbolehkan mengambil sebuah batu dari Bait Al-Maqdis. Penguasa Mekkah mengizinkan. Maka, ketika kemudian pulang ke Jawa, Sunan Kudus membawa batu itu dan dijadikan sebagai batu pertama pembangunan masjid yang diberi nama Masjid Al-Aqsa –yang didirikan pada 956 H atau 1549 M.

Itulah sekilas sejarah yang dipercaya oleh masyarakat Kudus, Jawa Tengah tentang kisah di balik pendirian Masjid Al-Aqsa yang kini dikenal dengan nama Masjid Menara Kudus. Dan di balik sejarah tahun pendirian masjid itu, kemudian ditetapkan sebagai tahun jadi kota Kudus.

Pendirian Masjid Menara Kudus secara jelas memperlihatkan simbol visual peralihan kepercayaan masyarakat (Kudus) dari Hindu-Buddha ke masyarakat Islam. Hal itu bisa dilihat dari bentuk menara masjid yang bisa dikatakan mirip dengan candi. Juga, beberapa bangunan gapura di sekitar menara. Bahkan, bentuk gapura itu terlihat mirip bangunan kulkul di Bali. Jadi, tidak salah jika simbol itu mengindikasikan kepiawaian Sunan Kudus dalam mengapresiasi bentuk-bentuk lambang Hindu-Buddha ke Islam.

Keberadaan Masjid Menara Kudus itu pun menjadi pusat penyebaran Islam oleh Sunan Kudus di kota Kudus. Sejak Sunan Kudus mendirikan masjid dan bertempat tinggal di daerah itu, jumlah kaum muslim mulai bertambah. Sunan Kudus secara perlahan berhasil mengubah kepercayaan masyarakat di Kudus untuk kemudian memeluk Islam. Tidak salah, jika daerah sekitar masjid kemudian diberi nama Kauman, yang berarti tempat tinggal kaum muslimin. Tetapi, dalam beberapa hal, Sunan Kudus tetap memilih toleran dan tidak memaksakan dalam berdakwah. Salah satunya adalah untuk menghormati “kepercayaan lama”, Sunan Kudus menyembelih sapi. Hal itu, karena bagi masyarakat Hindu, menyembelih sapi adalah tindakan terlarang, tidak boleh secara agama.

Tempat Ziarah

Kedatangan para peziarah ke masjid ini tidak lain karena di area masjid ini, Sunan Kudus disemayamkan. Selain makam Sunan Kudus, di arena masjid itu pula para keluarga Sunan Kudus dimakamkan. Sebagaimana bentuk menara dan bagian lain Masjid Al-Aqsa itu, masih ada bangunan yang unik. Salah satunya adalah bangunan yang mengitari makam.

Sebelum memasuki makam, keunikan itu sudah terlihat. Sebab, tembok-tembok yang mengitari makam tertata rapi dengan batu merah. Uniknya lagi, semua pintu penghubung antara blok makam pun mirip gapura candi. Jadi, yang terkesan dan jadi kenangan dari makam itu adalah pemandangan dari pemakaman Islami tetapi bercorak atau bernuansa Hindu.


Itulah keunikan bentuk Masjid Menara Kudus – yang terletak di Desa Kauman, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah – yang merupakan warisan sejarah dan budaya Islam di masa lalu.

Sumber : Hidayah edisi 137 - Januari'13 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.