Jika
suatu hari Anda singgah di kota Kudus, Jawa Tengah, dan ingin menikmati wisata
ruhani, rasanya kurang afdal kalau Anda tak mengunjungi Masjid Menara Kudus.
Berkunjung ke masjid peninggalan Sunan Kudus ini Anda akan merasakan nuansa spiritual
dan sejarah menjadi satu paket.
Letak
masjid ini tak jauh dari pusat kota. Kira-kira berjarak 1,5 Kilometer dari
alun-alun Kudus. Jadi, tidaklah sulit untuk mencarinya. Ketika berada di depan
masjid, akan terlihat menara Kudus yang menjulang tinggi. Lalu ketika memasuki
masjid, akan terasa nuansa masa lalu yang masih bisa dirasakan mengingat
beberapa bangunan masih dibiarkan seperti bentuk aslinya, tetapi beberapa
bagian lainnya ada yang sudah direnovasi.
Masjid Menara Kudus |
Kudus
adalah salah satu kota kecil yang terletak di Jawa Tengah. Luas wilayahnya
kurang lebih 425,17 Km2. Tak salah, jika kota kudus tergolong padat
penduduk. Apalagi, Kudus merupakan kota industri. Tidak sedikit pabrik rokok
yang berdiri di kota ini. Wajar jika kota Kudus pun disebut sebagai kota
kretek.
Sejarah
kota Kudus pun tidak lepas dari peran dakwah Sunan Kudus, salah satu wali dari
Walisongo ( Sembilan wali ) yang terkenal. Bahkan dalam peraturan Daerah atau
PERDA No. 11 tahun 1990, hari jadi kota Kudus ditetapkan pada tanggal 28
September 1549 M. Sementara dalam catatan sejarah tertulis bahwa Masjid Menara
Kudus didirikan pada 956 H atau 1549 M. Catatan tahun pendirian Masjid Menara
Kudus ini dapat dilihat dari inskripsi di atas mihrab masjid yang ditulis dalam
bahasa Arab.
Sayang,
tulisan pada inskripsi itu sekarang ini sudah sulit dibaca –karena banyak huruf
yang rusak. Padahal, batu inskripsi itu konon dibawa oleh Sunan Kudus dari
Yerusalem. Dari cerita batu inskripsi itu ditengarai bahwa penamaan kota Kudus
diambil dari nama Al-Quds, sebuah nama lain dari Yerusalem.
Hal
ini tidak lepas dari perjalanan kisah Sunan Kudus sewaktu pergi ke Timur
Tengah. Itulah kisah yang hingga kini masih dipercaya kebenarannya. Apalagi,
Masjid Menara Kudus dikenal pula bernama Masjid Al-Aqsa dan kisah di balik
pendiriannya berkaitan erat dengan dengan kota para nabi di Timur Tengah, yaitu
Bait Al-Maqdis atau Al-Quds di Yerusalem.
Ceritanya,
dulu Sunan Kudus – Syekh Ja’far Shadiq – pergi ke Mekkah untuk menunaikan
ibadah haji. Saat itu, tengah merebak wabah penyakit kudis di Tanah Suci.
Segala upaya pencegahan telah dilakukan, tapi sayangnya belum ada hasil. Hingga
akhirnya penguasa Mekkah meminta Syekh Ja’far Shadiq turun tangan mencegah
wabah penyakit tersebut. Singkat cerita, atas izin Allah, Syekh Ja’far Shadiq
berhasil menghentikan merebaknya penyakit kudis itu.
Dari
situlah, penguasa Mekkah bermaksud memberikan hadiah sebagai tanda terima
kasih. Tetapi, Sunan Kudus menolak. Sebagai gantinya, Sunan Kudus meminta jika
diizinkan berada di Palestina untuk diperbolehkan mengambil sebuah batu dari
Bait Al-Maqdis. Penguasa Mekkah mengizinkan. Maka, ketika kemudian pulang ke
Jawa, Sunan Kudus membawa batu itu dan dijadikan sebagai batu pertama
pembangunan masjid yang diberi nama Masjid Al-Aqsa –yang didirikan pada 956 H
atau 1549 M.
Itulah
sekilas sejarah yang dipercaya oleh masyarakat Kudus, Jawa Tengah tentang kisah
di balik pendirian Masjid Al-Aqsa yang kini dikenal dengan nama Masjid Menara
Kudus. Dan di balik sejarah tahun pendirian masjid itu, kemudian ditetapkan
sebagai tahun jadi kota Kudus.
Pendirian
Masjid Menara Kudus secara jelas memperlihatkan simbol visual peralihan
kepercayaan masyarakat (Kudus) dari Hindu-Buddha ke masyarakat Islam. Hal itu
bisa dilihat dari bentuk menara masjid yang bisa dikatakan mirip dengan candi.
Juga, beberapa bangunan gapura di sekitar menara. Bahkan, bentuk gapura itu
terlihat mirip bangunan kulkul di Bali. Jadi, tidak salah jika simbol itu
mengindikasikan kepiawaian Sunan Kudus dalam mengapresiasi bentuk-bentuk
lambang Hindu-Buddha ke Islam.
Keberadaan
Masjid Menara Kudus itu pun menjadi pusat penyebaran Islam oleh Sunan Kudus di
kota Kudus. Sejak Sunan Kudus mendirikan masjid dan bertempat tinggal di daerah
itu, jumlah kaum muslim mulai bertambah. Sunan Kudus secara perlahan berhasil
mengubah kepercayaan masyarakat di Kudus untuk kemudian memeluk Islam. Tidak
salah, jika daerah sekitar masjid kemudian diberi nama Kauman, yang berarti
tempat tinggal kaum muslimin. Tetapi, dalam beberapa hal, Sunan Kudus tetap
memilih toleran dan tidak memaksakan dalam berdakwah. Salah satunya adalah
untuk menghormati “kepercayaan lama”, Sunan Kudus menyembelih sapi. Hal itu,
karena bagi masyarakat Hindu, menyembelih sapi adalah tindakan terlarang, tidak
boleh secara agama.
Tempat Ziarah
Kedatangan
para peziarah ke masjid ini tidak lain karena di area masjid ini, Sunan Kudus
disemayamkan. Selain makam Sunan Kudus, di arena masjid itu pula para keluarga
Sunan Kudus dimakamkan. Sebagaimana bentuk menara dan bagian lain Masjid Al-Aqsa
itu, masih ada bangunan yang unik. Salah satunya adalah bangunan yang mengitari
makam.
Sebelum
memasuki makam, keunikan itu sudah terlihat. Sebab, tembok-tembok yang
mengitari makam tertata rapi dengan batu merah. Uniknya lagi, semua pintu
penghubung antara blok makam pun mirip gapura candi. Jadi, yang terkesan dan
jadi kenangan dari makam itu adalah pemandangan dari pemakaman Islami tetapi
bercorak atau bernuansa Hindu.
Itulah
keunikan bentuk Masjid Menara Kudus – yang terletak di Desa Kauman, Kabupaten
Kudus, Provinsi Jawa Tengah – yang merupakan warisan sejarah dan budaya Islam
di masa lalu.
Sumber : Hidayah edisi 137 - Januari'13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.