Harapan itu selalu ada untuk orang-orang yang tidak mudah menyerah! Semangaaaaaaaaaaaaaat! :)

Minggu, 03 November 2013

TUGAS KE 3 - BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI

Tugas ke 3
BAB IV. PEMUDA DAN SOSIALISASI
1.      Pengertian Pemuda
Banyak orang bilang kalau pemuda adalah penerus bangsa. Serta pemuda merupakan generasi yang pasti memiliki banyak harapan dan cita-cita untuk masa depannya. Mereka mempunyai modal semangat dan daya juang yang sangat tinggi ketika sudah bertekad dan berkeinginan. Selain itu, pemuda mempunyai peran besar dalam kelangsungan meneruskan cita-cita bangsa Indonesia dari para pendahulunya. Mengingat kembali ke detik-detik kemerdekaan, kaum dari golongan muda lah yang mendesak presiden pertama Republik Indonesia beserta wakilnya untuk segera memproklamirkan kemerdekaan untuk Indonesia karena tepat pada saat itu Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan.
Berbeda dengan pemuda-pemuda zaman dahulu yang masih kurang terjamah dengan teknologi, pemuda kita zaman sekarang ini rasanya memang tengah dimanjakan dengan berbagai kecanggihan teknologi yang kebanyakan berasal dari luar negeri yang terus menerus mengeluarkan inovasinya, memasarkan produknya ke pusat-pusat pertokoan dan perbelanjaan di Indonesia. Saking rajinnya berinovasi, kini ketika kita menuju counter-counter toko elektronik dan handphone, di sana kita bisa dibuat bingung harus membeli yang mana. Karena begitu banyaknya macam dan bentuk produk-produk tersebut, dari handphone biasa yang hanya bisa digunakan untuk telepon dan SMS saja sampai yang  memiliki fitur canggih untuk berselancar ria di social network, BBM (Blackberry Messenger) seperti iPhone, iPad, Tab, Blackberry, dan lain-lain serta dengan berbagai cara penggunaannya apakah manual ataukah touchscreen.
Memang bagus ketika pemuda kita menjadi generasi penerus bangsa yang selalu up-to-date akan teknologi. Dengan adanya teknologi ini, pemuda kita dimudahkan untuk mendapatkan informasi-informasi baru dan penting secepat mungkin, bukan hanya dari Indonesia tetapi juga dari mancanegara. Tetapi perlu diperhatikan, pemuda juga harus bijak dalam penggunaan teknologi. Karena ketika para pemuda tidak bijak dalam penggunaan teknologi, akibatnya bisa tidak baik untuk kehidupan para pemuda. Misalnya, ada pemuda yang memiliki banyak social media seperti Facebook, Twitter, Plurk, BBM dan pemuda tersebut mengutarakan semua apa yang ingin ia katakana di social media, karena ketagihan lalu ia selalu menuliskan keluhannya di jejaring sosial. Setiap hari mengeluh seperti itu dampaknya akan tidak baik pada diri si pemuda tentunya, dia akan kecanduan jadi pengeluh di jejaring sosial.

2.      Pengertian sosialisasi
Sosialisasi adalah proses mempelajari, menerima dan menyesuaikan diri dengan unsure kebudayaan dalam masyarakat. Jadi, sosialisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia.

3.      Peran Sosial Mahasiswa dan Pemuda di Masyarakat
Peran Sosial merupakan suatu tingkah laku yang diharapkan dari seorang individu agar sesuai dengan status sosial yang disandangnya, sehingga peran dapat berfungsi pula untuk mengatur perilaku seseorang. Peran sosial pada seseorang dapat berbeda-beda ketika ia menyandang status yang berbeda.
Mahasiswa dan pemuda itu berbeda. Pemuda, hanya memiliki status sosial sebagai pemuda yang memiliki kewajiban sebagai bagian dari masyarakat. Pemuda memiliki peran sosial lain sebagai pemuda, yaitu sebagai anak dari kedua orang tuanya serta sebagai anggota masyarakat. Sebagai anak dari kedua orang tuanya, pemuda harus memiliki rasa hormat dan sopan santun terhadap kedua orang tuanya juga memiliki kewajiban untuk membantu kedua orang tuanya. Sebagai anggota masyarakat, pemuda berhak menggunakan hak pilihnya saat pemilihan umum ketika umurnya sudah memenuhi syarat. Selain itu, pemuda berhak untuk berperan menjadi dirinya sendiri dan mengikuti organisasi masyarakat. Misalnya, sebagai karang taruna, remaja masjid. Mereka juga wajib mengikuti acara yang digelar oleh masyarakat sekitarnya misalnya gotong royong melakukan kebersihan lingkungan atau merenovasi jembatan yang putus akibat banjir besar.
 Dalam menjalankan peran sosial, seseorang sering mengalami konflik. Konflik peran akan timbul ketika seseorang harus bersikap berbeda karena status sosial yang disandangnya berlawanan. Contohnya seorang polisi ketika harus mengadili anaknya sendiri yang melanggar peraturan. Statusnya sebagai polisi mengharuskan dia menegakkan hukum bagi para pelanggar aturan. Di sisi lain, ia adalah seorang ayah yang berkewajiban melindungi anaknya, sehingga dia akan mengalami konflik peran yang tentunya sulit untuk memilih peran mana yang harus diutamakan.

4.      Potensi-potensi Generasi Muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut :

a. Idealisme dan Daya Kritis

Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru. Untuk mewujudkan idealisme dan daya kritis perlu dilengkapi landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.

b. Dinamika dan Kreativitas

Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampun dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan yang ada ataupun mengemukakan gagasan yang baru.

c. Keberanian Mengambil Resiko

Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan. Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung resiko. Untuk itu diperlukan kesiapan pengetahuan, perhitungan, dan keterampilan dari generasi muda sehingga mampu memberi kualitas yang baik untuk berani mengambil resiko.

d. Optimis dan Kegairahan Semangat

Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat. Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda merupakan daya pendorong untuk mencoba lebih maju lagi.

e. Sikap Kemandirian dan Disiplin Murni

Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan tindakannya. Sikap kemandirian itu perlu dilengkapi dengan kesadaran disiplin murni pada dirinya agar mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar dan memiliki tenggang rasa.

f. Terdidik

Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah, secara menyeluruh baik dalam arti kualitatif maupun dalam arti kuantitatif, generasi muda secara relatif lebih terpeljar karena lebih terbukanya kesempatan belajar dari generasi pendahulunya.

g. Keanekaragaman dalam Persatuan dan Kesatuan.

Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi hambatan jika dihayati secara sempit dan eksklusif. Akan tetapi, keanekaragaman masyarakat Indonesia merupakan potensi dinamis dan kreatif jika ditempatka dalam kerangka integrasi nasional yang didasarkan pada semangat sumpah pemuda serta kesamaan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

h. Patriotisme dan Nasionalisme

Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan, dan turut serta memiliki bangsa dan negara dikalangan generasi muda perlu digalakkan karena pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapan mereka untuk membela dan mempertahankan NKRI dari segala bentuk ancaman. Dengan tekad dan semangat ini, generasi muda perlu dilibatkan dalam setiap usaha dan pemantapan ketahanan dan pertahanan nasional.

i. Sikap Kesatria

Kemurnian idealisme, keberanian, semangat pengabdian dan pengorbanan serta rasa tanggung jawab sosial yang tinngi adalah unsur-unsur yang perlu dipupuk dan dikembangkan dikalangan generasi muda Indonesia sebagai pembela dan penegak kebenaran dan keadilan bagi masyarakat dan bangsa.

j. Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi

Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan sebagai Transformator dan Dinamisator terhadap lingkungannya yang lebih terbelakang dalam ilmu dan pendidilkan serta penerapan teknologi, baik yang maju, maupun yang sederhana.
                                                                                                             
5.      Macam-macam Sosialisasi

Berikut sosialisasi secara garis besar dibagi menjadi empat bagian yaitu:

1.Berdasarkan berlangsungnya:

a.       Sosialisasi yg disengaja/disadari dilakukan secara sadar/disengaja, misalnya melalui pendidikan, pengajaran, dakwah, nasihat, dsb.

b.      Sosialisasi yang tidak disadari/tidak di sengaja yaitu perilaku/sikap sehari-hari yang di lihat/di contoh oleh pihak lain.

2. Menurut status pihak yang terlibat:

a.       Sosialisasi equaliter yaitu berdasarkan atas kesamaan dan kooperasi antara  yang mensosialisasi dan pihak yang disosialisasi, biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memilki kedudukan sederajat.

b.      Sosialisasi otoriter biasanya dipercayakan kepada orang tua karena  anak-anak yang disosialisasi belum memiliki kemampuan  dan kemungkinan utnuk bergaul dengan teman yang sebaya
Apapun sifatnya otoriter maupun ekualitas, proses sosialisasi selalu menekankan pada usaha mematangkan seorang anak. Proses internalisasi yaitu proses meresapkan dan mengorganisir hasil interpretasinya ke dalam ingatan, perasaan dan batinnya kemudian menyesuaikan diri dengan berbagai tingkah pekerti dan  peranan yang dijalankan dalam masyarakat.

3. Sosialisasi Menurut Tahapannya:

a.       Sosialisasi primer ialah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dan menjadi pintu masuk untuk menjadi anggota masyarakat.

b.      Sosialisasi sekunder ialah proses berikutnya yang memperkenalkan pada individu tersebut sektor-sektor baru dunia objektif masyarakat. Sosialisasi sekunder berlangsung di luar lingkungan keluarga setelah anak-anak memasuki sekolah. Selain sekolah, sosialisasi sekunder juga berlangsung di masyarakat, unit kerja, teman sepermainan, pusat perbelanjaan, media massa dan sebagainya.

4. Sosiologi Menurut Caranya:

a.       Sosialisasi represif adalah sosialisasi yang menekankan pengawasan yang ketat dan pemberian hukuman pada individu yang melanggar peraturan atau norma yang berlaku. Contoh dari sosialisasi ini adalah sistem pendidikan militer dan para napi di LP. Penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Anak haarus patuh kepada orang tua. Komunikasi yang bersifat satu arah, non verbal dan berisi perintah. Sosialisasi berpusat pada orang tua dan keinginan-keinginan orang tua. Peranan keluarga sebagai significant other.

b.      Sosialisasi Parsitipatif yaitu sosialisasi yang menekankan pada keikutsertaan seseorang dalam   proses sosial. Anak-anak yang sudah menaati nilai dan norma diberi pujian, sedangkan yang belum mereka terus dibimbing diarahkan jika terjadi penyimpangan.


6.      Masalah Generasi Muda

Berikut masalah yang muncul pada generasi muda :

a. Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme dikalangan masyarakat, termasuk jiwa pemuda.

b. Ketidakpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.

c. Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik formal dan informal. Tinggimya jumlah putus sekolah yang tidak hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan bangsa.

d. Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran dikalangan generasi muda mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.

e. Kurangnya gizi yang menghambat perkembangan kecerdasan, dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda, sebab rendahnya daya beli dan kurangnya perhatian tentang gizi dan menu makanan seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Contoh kasusnya: remaja yang terkena gizi buruk dan polio sehingga ukuran tubuh mereka yang tidak seperti remaja seumuran mereka.

f. Masih banyaknya perkawinan dibawah umur, terutama di kalangan masyarakat daerah pedesaan.

g. Pergaulan bebas yang membahayakan moral para generasi muda.

h. Tidak ada habisnya penggunaan NAPZA (Narkoba, Psikotropika dan Zat Aditif) dikalangan remaja karena akar permasalahan mengenai narkoba itu terdapat pada gembong narkoba yang terus menjamur dan belum juga teratasi.

i. Belum adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda.

7.       KASUS

Ditulis oleh: Y Wilhelmus

JANGAN JADI “AUTIS” KARENA TEKNOLOGI
Apa kabar generasi muda saat ini!? Selamat, jika anda kaum muda yang hidup di zaman serba teknologi instan, atau bahasa kerennya hidup di zaman teknologi.
saat ini, sangat banyak teknologi yang memudahkan kita saling berhubungan, keep in touch satu sama lain, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. namun, sadar atau tidak, sebenarnya teknologi dunia maya dapat menjauhkan kita dengan teman-teman di dunia nyata.
dahulu, generasi muda senang hidup saling kongkow, berkumpul, nongkrong, berbuat sesuatu di warung-warung, pinggir-pinggir jalan atau di tempat lain. namun yang hari ini saya perhatikan, banyak generasi muda yang saat ngumpul atau ngobrol dengan teman-temannya malah keasikan sendiri bermain Handphone/ gadget. Cukup memprihatinkan, karena mereka bisa tertawa-tawa sendiri, asik sendiri tanpa memperhatikan orang-orang di sekitarnya.
Inilah salah satu bentuk keburukan teknologi dunia maya, dimana mereka menjadi jarang membaca koran atau sekedar melihat situasi di sekitarnya dan menjadi kurang peduli dengan situasi sekitar. Miris !
tulisan ini saya buat hanya ingin menyadarkan kita, para generasi muda, luangkan waktu sejenak dan sign out sejenak dari dunia maya kalian. Jangan menjadi “autis”, yang karena perilaku anda sendiri. Hebatnya lagi, teknologi bisa mempermudah kita dengan hubungan jarak jauh dengan teman lama, namun dapat menghilangkan satu-persatu teman-teman kita di dunia nyata, yang sebenarnya ada di sekitar kalian.
sekian !
8.      ANALISIS KASUS
Setelah membaca kasus di atas, memang benar pada era globalisasi seperti sekarang ini, orang-orang terutama para generasi muda / remaja sepertinya memang tidak ingin ketinggalan dengan trend-trend baru soal gadget, handphone yang smartphone maupun yang android, atau barang-barang elektronik lainnya bahkan sampai aplikasi-aplikasi chat yang banyak bermunculan. Ada yang membeli barang-barang itu memang benar-benar untuk kebutuhan atau ada yang membelinya hanya untuk sekedar agar tidak dibilang “ketinggalan jaman” atau “kudet” (kurang up-to-date) dan alasan lainnya. Setelah mendapatkan semua yang mereka inginkan, remaja-remaja itu pun bisa menghabiskan waktunya hanya untuk mengutak atik gadget dan android mereka seharian—bisa dibilang sampai lupa waktu, lupa makan, dll. Semuanya sudah lengkap di sana, bermain game pun kini tidak perlu mengantri menunggu giliran di warnet atau tidak perlu susah-susah menyalakan PC atau laptop, sudah tersedia (di genggaman mereka) di gadget dan android mereka. Saya banyak melihat orang-orang di sekitar ketika berada di kampus, mereka berkumpul dengan teman-teman lalu mengobrol, tetapi tangan mereka tidak bisa lepas dari gadget dan android. Terkadang saya lihat, mereka menatap layar gadget mereka sambil tersenyum atau tertawa sendiri. Bahkan ada yang sampai tidak mendengar ketika dipanggil namanya karena saking seriusnya terpaku pada layar gadget. Mungkin itu yang membuat mereka disebut autis—asik dengan dunianya sendiri, tidak mengerti dunia luar, dan dunia luar pun sulit masuk dan berinteraksi—itu sama dengan Autisme. Meskipun demikian, tidak dipungkiri bahwa saya sendiri juga terpengaruh dengan adanya kecanggihan teknologi yang semakin pesat. Tetapi ada baiknya kita sebagai generasi muda penerus bangsa ini lebih bijak menggunakan atau dalam penggunaan teknologi yang ada, kita lah yang harus mengendalikan kemajuan teknologi yang ada di genggaman kita itu,  jangan sampai malah kemajuan teknologi yang mengendalikan kita. Dalam kemajuan teknologi, selalu terdapat sisi positif dan negatif. Hendaknya, kita manfaatkan sisi positifnya dengan semaksimal mungkin. Dengan adanya kecanggihan teknologi, kita bisa lebih mudah mencari informasi dari dalam dan luar negeri, mempelajari pelajaran yang belum kita mengerti dengan metode digital application, memperbanyak teman dunia maya tetapi jangan sampai membuat teman di dunia nyata kita berkurang yaa.
REFERENSI :
a.       Harwantiyoko & F. Katuuk, Heltje.1997.MKDU ILMU SOSIAL DASAR.Jakarta: Penerbit Gunadarma. (digital book)
b.      http://www.gobookee.org diakses pada November 2013
c.       http://www.siswapedia.com/peran-sosial/ diakses pada November 2013
d.      http://generasimudabangsa.blogspot.com diakses pada November 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.