Tugas
ke 3
BAB IV. PEMUDA DAN SOSIALISASI
1.
Pengertian
Pemuda
Banyak
orang bilang kalau pemuda adalah penerus bangsa. Serta pemuda merupakan
generasi yang pasti memiliki banyak harapan dan cita-cita untuk masa depannya.
Mereka mempunyai modal semangat dan daya juang yang sangat tinggi ketika sudah
bertekad dan berkeinginan. Selain itu, pemuda mempunyai peran besar dalam
kelangsungan meneruskan cita-cita bangsa Indonesia dari para pendahulunya. Mengingat
kembali ke detik-detik kemerdekaan, kaum dari golongan muda lah yang mendesak
presiden pertama Republik Indonesia beserta wakilnya untuk segera
memproklamirkan kemerdekaan untuk Indonesia karena tepat pada saat itu
Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan.
Berbeda
dengan pemuda-pemuda zaman dahulu yang masih kurang terjamah dengan teknologi,
pemuda kita zaman sekarang ini rasanya memang tengah dimanjakan dengan berbagai
kecanggihan teknologi yang kebanyakan berasal dari luar negeri yang terus menerus
mengeluarkan inovasinya, memasarkan produknya ke pusat-pusat pertokoan dan
perbelanjaan di Indonesia. Saking rajinnya berinovasi, kini ketika kita menuju
counter-counter toko elektronik dan handphone, di sana kita bisa dibuat bingung
harus membeli yang mana. Karena begitu banyaknya macam dan bentuk produk-produk
tersebut, dari handphone biasa yang hanya bisa digunakan untuk telepon dan SMS
saja sampai yang memiliki fitur canggih
untuk berselancar ria di social network,
BBM (Blackberry Messenger) seperti
iPhone, iPad, Tab, Blackberry, dan lain-lain serta dengan berbagai cara
penggunaannya apakah manual ataukah touchscreen.
Memang
bagus ketika pemuda kita menjadi generasi penerus bangsa yang selalu up-to-date akan teknologi. Dengan adanya
teknologi ini, pemuda kita dimudahkan untuk mendapatkan informasi-informasi
baru dan penting secepat mungkin, bukan hanya dari Indonesia tetapi juga dari
mancanegara. Tetapi perlu diperhatikan, pemuda juga harus bijak dalam
penggunaan teknologi. Karena ketika para pemuda tidak bijak dalam penggunaan
teknologi, akibatnya bisa tidak baik untuk kehidupan para pemuda. Misalnya, ada
pemuda yang memiliki banyak social media
seperti Facebook, Twitter, Plurk, BBM dan pemuda tersebut mengutarakan semua
apa yang ingin ia katakana di social
media, karena ketagihan lalu ia selalu menuliskan keluhannya di jejaring
sosial. Setiap hari mengeluh seperti itu dampaknya akan tidak baik pada diri si
pemuda tentunya, dia akan kecanduan jadi pengeluh di jejaring sosial.
2.
Pengertian
sosialisasi
Sosialisasi
adalah proses mempelajari, menerima dan menyesuaikan diri dengan unsure
kebudayaan dalam masyarakat. Jadi, sosialisasi merupakan proses yang
berlangsung sepanjang hidup manusia.
3.
Peran
Sosial Mahasiswa dan Pemuda di Masyarakat
Peran
Sosial merupakan suatu tingkah laku yang diharapkan dari seorang individu agar
sesuai dengan status sosial yang disandangnya, sehingga peran dapat berfungsi
pula untuk mengatur perilaku seseorang. Peran sosial pada seseorang dapat
berbeda-beda ketika ia menyandang status yang berbeda.
Mahasiswa
dan pemuda itu berbeda. Pemuda, hanya memiliki status sosial sebagai pemuda
yang memiliki kewajiban sebagai bagian dari masyarakat. Pemuda memiliki peran
sosial lain sebagai pemuda, yaitu sebagai anak dari kedua orang tuanya serta
sebagai anggota masyarakat. Sebagai anak dari kedua orang tuanya, pemuda harus
memiliki rasa hormat dan sopan santun terhadap kedua orang tuanya juga memiliki
kewajiban untuk membantu kedua orang tuanya. Sebagai anggota masyarakat, pemuda
berhak menggunakan hak pilihnya saat pemilihan umum ketika umurnya sudah memenuhi
syarat. Selain itu, pemuda berhak untuk berperan menjadi dirinya sendiri dan
mengikuti organisasi masyarakat. Misalnya, sebagai karang taruna, remaja
masjid. Mereka juga wajib mengikuti acara yang digelar oleh masyarakat
sekitarnya misalnya gotong royong melakukan kebersihan lingkungan atau
merenovasi jembatan yang putus akibat banjir besar.
Dalam menjalankan peran sosial, seseorang
sering mengalami konflik. Konflik peran akan timbul ketika seseorang harus
bersikap berbeda karena status sosial yang disandangnya berlawanan. Contohnya
seorang polisi ketika harus mengadili anaknya sendiri yang melanggar peraturan.
Statusnya sebagai polisi mengharuskan dia menegakkan hukum bagi para pelanggar
aturan. Di sisi lain, ia adalah seorang ayah yang berkewajiban melindungi
anaknya, sehingga dia akan mengalami konflik peran yang tentunya sulit untuk
memilih peran mana yang harus diutamakan.
4.
Potensi-potensi
Generasi Muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu
dikembangkan adalah sebagai berikut :
a. Idealisme dan Daya Kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang
ada, sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu
mencari gagasan baru. Untuk mewujudkan idealisme dan daya kritis perlu
dilengkapi landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.
b. Dinamika dan Kreativitas
Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampun dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan yang ada ataupun mengemukakan gagasan yang baru.
c. Keberanian Mengambil Resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan. Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung resiko. Untuk itu diperlukan kesiapan pengetahuan, perhitungan, dan keterampilan dari generasi muda sehingga mampu memberi kualitas yang baik untuk berani mengambil resiko.
d. Optimis dan Kegairahan Semangat
Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat. Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda merupakan daya pendorong untuk mencoba lebih maju lagi.
e. Sikap Kemandirian dan Disiplin Murni
Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan tindakannya. Sikap kemandirian itu perlu dilengkapi dengan kesadaran disiplin murni pada dirinya agar mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar dan memiliki tenggang rasa.
f. Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah, secara menyeluruh baik dalam arti kualitatif maupun dalam arti kuantitatif, generasi muda secara relatif lebih terpeljar karena lebih terbukanya kesempatan belajar dari generasi pendahulunya.
g. Keanekaragaman dalam Persatuan dan Kesatuan.
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi hambatan jika dihayati secara sempit dan eksklusif. Akan tetapi, keanekaragaman masyarakat Indonesia merupakan potensi dinamis dan kreatif jika ditempatka dalam kerangka integrasi nasional yang didasarkan pada semangat sumpah pemuda serta kesamaan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
h. Patriotisme dan Nasionalisme
Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan, dan turut serta memiliki bangsa dan negara dikalangan generasi muda perlu digalakkan karena pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapan mereka untuk membela dan mempertahankan NKRI dari segala bentuk ancaman. Dengan tekad dan semangat ini, generasi muda perlu dilibatkan dalam setiap usaha dan pemantapan ketahanan dan pertahanan nasional.
i. Sikap Kesatria
Kemurnian idealisme, keberanian, semangat pengabdian dan pengorbanan serta rasa tanggung jawab sosial yang tinngi adalah unsur-unsur yang perlu dipupuk dan dikembangkan dikalangan generasi muda Indonesia sebagai pembela dan penegak kebenaran dan keadilan bagi masyarakat dan bangsa.
j. Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi
Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan sebagai Transformator dan Dinamisator terhadap lingkungannya yang lebih terbelakang dalam ilmu dan pendidilkan serta penerapan teknologi, baik yang maju, maupun yang sederhana.
5.
Macam-macam
Sosialisasi
Berikut sosialisasi secara garis
besar dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1.Berdasarkan berlangsungnya:
a.
Sosialisasi yg disengaja/disadari dilakukan secara sadar/disengaja,
misalnya melalui pendidikan, pengajaran, dakwah, nasihat, dsb.
b.
Sosialisasi yang tidak
disadari/tidak di sengaja
yaitu perilaku/sikap sehari-hari yang di lihat/di contoh oleh pihak lain.
2. Menurut status pihak yang
terlibat:
a. Sosialisasi
equaliter yaitu
berdasarkan atas kesamaan dan kooperasi antara yang mensosialisasi dan
pihak yang disosialisasi, biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memilki
kedudukan sederajat.
b. Sosialisasi
otoriter biasanya
dipercayakan kepada orang tua karena anak-anak yang disosialisasi belum
memiliki kemampuan dan kemungkinan utnuk bergaul dengan teman yang sebaya
Apapun sifatnya otoriter maupun
ekualitas, proses sosialisasi selalu menekankan pada usaha mematangkan seorang
anak. Proses internalisasi yaitu proses meresapkan dan mengorganisir hasil
interpretasinya ke dalam ingatan, perasaan dan batinnya kemudian menyesuaikan
diri dengan berbagai tingkah pekerti dan peranan yang dijalankan dalam
masyarakat.
3. Sosialisasi Menurut Tahapannya:
a. Sosialisasi
primer ialah
sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dan menjadi pintu masuk
untuk menjadi anggota masyarakat.
b. Sosialisasi
sekunder ialah
proses berikutnya yang memperkenalkan pada individu tersebut sektor-sektor baru
dunia objektif masyarakat. Sosialisasi sekunder berlangsung di luar lingkungan
keluarga setelah anak-anak memasuki sekolah. Selain sekolah, sosialisasi
sekunder juga berlangsung di masyarakat, unit kerja, teman sepermainan, pusat
perbelanjaan, media massa dan sebagainya.
4. Sosiologi Menurut Caranya:
a. Sosialisasi
represif adalah
sosialisasi yang menekankan pengawasan yang ketat dan pemberian hukuman pada
individu yang melanggar peraturan atau norma yang berlaku. Contoh dari
sosialisasi ini adalah sistem pendidikan militer dan para napi di LP. Penekanan
pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Anak haarus patuh kepada
orang tua. Komunikasi yang bersifat satu arah, non verbal dan berisi perintah.
Sosialisasi berpusat pada orang tua dan keinginan-keinginan orang tua. Peranan
keluarga sebagai significant other.
b. Sosialisasi
Parsitipatif
yaitu sosialisasi yang menekankan pada keikutsertaan seseorang
dalam proses sosial. Anak-anak yang sudah menaati nilai dan norma
diberi pujian, sedangkan yang belum mereka terus dibimbing diarahkan jika
terjadi penyimpangan.
6.
Masalah
Generasi Muda
Berikut masalah yang muncul pada generasi muda :
a. Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme dikalangan masyarakat, termasuk jiwa pemuda.
b. Ketidakpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
c. Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik formal dan informal. Tinggimya jumlah putus sekolah yang tidak hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan bangsa.
d. Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran dikalangan generasi muda mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
e. Kurangnya gizi yang menghambat perkembangan kecerdasan, dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda, sebab rendahnya daya beli dan kurangnya perhatian tentang gizi dan menu makanan seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Contoh kasusnya: remaja yang terkena gizi buruk dan polio sehingga ukuran tubuh mereka yang tidak seperti remaja seumuran mereka.
f. Masih banyaknya perkawinan dibawah umur, terutama di kalangan masyarakat daerah pedesaan.
g. Pergaulan bebas yang membahayakan moral para generasi muda.
h. Tidak ada habisnya penggunaan NAPZA (Narkoba, Psikotropika dan Zat Aditif) dikalangan remaja karena akar permasalahan mengenai narkoba itu terdapat pada gembong narkoba yang terus menjamur dan belum juga teratasi.
i. Belum adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda.
7.
KASUS
Ditulis oleh: Y Wilhelmus
Sumber Kasus: http://teknologi.kompasiana.com/gadget/2011/11/02/jangan-jadi-autis-karena-teknologi-408976.html
JANGAN JADI “AUTIS”
KARENA TEKNOLOGI
Apa kabar generasi muda saat ini!? Selamat, jika anda kaum
muda yang hidup di zaman serba teknologi instan, atau bahasa kerennya hidup di
zaman teknologi.
saat ini, sangat banyak teknologi yang memudahkan kita
saling berhubungan, keep in touch satu sama lain, baik di dunia nyata maupun di
dunia maya. namun, sadar atau tidak, sebenarnya teknologi dunia maya dapat
menjauhkan kita dengan teman-teman di dunia nyata.
dahulu, generasi muda senang hidup saling kongkow,
berkumpul, nongkrong, berbuat sesuatu di warung-warung, pinggir-pinggir jalan
atau di tempat lain. namun yang hari ini saya perhatikan, banyak generasi muda
yang saat ngumpul atau ngobrol dengan teman-temannya malah keasikan sendiri
bermain Handphone/ gadget. Cukup memprihatinkan, karena mereka bisa
tertawa-tawa sendiri, asik sendiri tanpa memperhatikan orang-orang di
sekitarnya.
Inilah salah satu bentuk keburukan teknologi dunia maya,
dimana mereka menjadi jarang membaca koran atau sekedar melihat situasi di
sekitarnya dan menjadi kurang peduli dengan situasi sekitar. Miris !
tulisan ini saya buat hanya ingin menyadarkan kita, para
generasi muda, luangkan waktu sejenak dan sign
out sejenak dari
dunia maya kalian. Jangan menjadi “autis”, yang karena perilaku anda sendiri.
Hebatnya lagi, teknologi bisa mempermudah kita dengan hubungan jarak jauh
dengan teman lama, namun dapat menghilangkan satu-persatu teman-teman kita di
dunia nyata, yang sebenarnya ada di sekitar kalian.
sekian !
8.
ANALISIS
KASUS
Setelah
membaca kasus di atas, memang benar pada era globalisasi seperti sekarang ini,
orang-orang terutama para generasi muda / remaja sepertinya memang tidak ingin
ketinggalan dengan trend-trend baru soal gadget, handphone yang smartphone
maupun yang android, atau barang-barang elektronik lainnya bahkan sampai
aplikasi-aplikasi chat yang banyak bermunculan. Ada yang membeli barang-barang
itu memang benar-benar untuk kebutuhan atau ada yang membelinya hanya untuk
sekedar agar tidak dibilang “ketinggalan jaman” atau “kudet” (kurang up-to-date) dan alasan lainnya. Setelah
mendapatkan semua yang mereka inginkan, remaja-remaja itu pun bisa menghabiskan
waktunya hanya untuk mengutak atik gadget dan android mereka seharian—bisa
dibilang sampai lupa waktu, lupa makan, dll. Semuanya sudah lengkap di sana,
bermain game pun kini tidak perlu mengantri menunggu giliran di warnet atau
tidak perlu susah-susah menyalakan PC atau laptop, sudah tersedia (di genggaman
mereka) di gadget dan android mereka. Saya banyak melihat orang-orang di
sekitar ketika berada di kampus, mereka berkumpul dengan teman-teman lalu
mengobrol, tetapi tangan mereka tidak bisa lepas dari gadget dan android.
Terkadang saya lihat, mereka menatap layar gadget mereka sambil tersenyum atau
tertawa sendiri. Bahkan ada yang sampai tidak mendengar ketika dipanggil
namanya karena saking seriusnya terpaku pada layar gadget. Mungkin itu yang
membuat mereka disebut autis—asik dengan dunianya sendiri, tidak mengerti dunia
luar, dan dunia luar pun sulit masuk dan berinteraksi—itu sama dengan Autisme.
Meskipun demikian, tidak dipungkiri bahwa saya sendiri juga terpengaruh dengan
adanya kecanggihan teknologi yang semakin pesat. Tetapi ada baiknya kita
sebagai generasi muda penerus bangsa ini lebih bijak menggunakan atau dalam
penggunaan teknologi yang ada, kita lah yang harus mengendalikan kemajuan
teknologi yang ada di genggaman kita itu, jangan sampai malah kemajuan teknologi yang
mengendalikan kita. Dalam kemajuan teknologi, selalu terdapat sisi positif dan
negatif. Hendaknya, kita manfaatkan sisi positifnya dengan semaksimal mungkin.
Dengan adanya kecanggihan teknologi, kita bisa lebih mudah mencari informasi
dari dalam dan luar negeri, mempelajari pelajaran yang belum kita mengerti
dengan metode digital application,
memperbanyak teman dunia maya tetapi jangan sampai membuat teman di dunia nyata
kita berkurang yaa.
REFERENSI :
a. Harwantiyoko
& F. Katuuk, Heltje.1997.MKDU ILMU
SOSIAL DASAR.Jakarta: Penerbit Gunadarma. (digital book)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.