TUGAS
7 – ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
1. Cari kasus yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan teknologi dengan teknologi di Indonesia!
KASUS 1 :
Survei: RI Paling Konsumtif Belanja Gadget
Sabtu, 07 Desember 2013, 08:32 WIB
sebuah promosi gadget |
REPUBLIKA.CO.ID, Wajar apabila saat ini para produsen
di bidang teknologi mulai berkonsentrasi untuk meraup pasar di negara-negara
berkembang. Pasalnya menurut sebuah penelitian terbaru, para konsumen,
khususnya di wilayah Asia Tenggara, telah memperlihatkan peningkatan dalam
pemakaian perangkat mobile berharga terjangaku dan juga dalam penggunaan
internet.
Menurut
sebuah riset yang dilakukan oleh GfK Asia, penjualan smartphone di wilayah
Asia Tenggara mengalami kenaikan hingga 61%. Kenaikan tersebut terjadi dalam
periode tiga kuartal pertama di tahun 2013 ini, seperti yang JerukNipis kutip
dari situs TheNextWeb.
Lebih jauh lagi, para konsumen dari
Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Vietnam, Kamboja, dan Filipina, telah
menghabiskan lebih dari US$ 10,8 miliar atau sekitar Rp 127,98 triliun, untuk
membeli 41,5 juta unit smartphone. Tahun lalu, masyarakat di negara-negara
tersebut “hanya” mengeluarkan uang Rp 89,35 triliun untuk membeli 25,8 juta
unit smartphone.
Dari deretan negara-negara tersebut,
Indonesia berada di posisi nomor satu sebagai negara paling konsumtif dalam hal
pembelian perangkat mobile. Disebutkan dalam riset yang sama, 14,8 juta
smartphone telah terjual dengan harga pengeluaran US$ 3,33 miliar (Rp 39,1
triliun).
Seperti
yang telah diduga sebelumnya, perangkat-perangkat Apple tidak terlalu sukses
melakukan penetrasi di negara-negara tersebut. Platform Android masih berkuasa
dengan raupan pangsa pasar hingga 72%. Di Indonesia, sistem operasi berlogo robot hijau
ini juga telah berhasil mengalahkan BlackBerry dengan raihan market
share 60%.
Sumber
kasus 1 :
ANALISA KASUS
Perkembangan teknologi di dunia semakin hari semakin canggih saja,
bisa dikatakan tanpa perlu keliling dunia pun – dunia sudah ada dalam genggaman
kita. Dengan munculnya gadget/android dengan berbagai jenis dan ukuran dari
yang ecek-ecek sampai yang berkualitas tinggi kini tersedia di pasaran, yang
juga didukung dengan software berkualitas. Di sini saya tertarik dengan sebuah kasus. Kasus mengenai negara kita yang kebanyakan
orang-orangnya memang dinilai sebagai masyarakat yang “konsumtif”, lebih suka
memakai daripada menciptakan.
Menurut saya, perilaku konsumtif inilah yang membuat negara kita
belum juga dikatakan sebagai “negara maju”, sejak dahulu kala, masih betah saja
disebut sebagai “negara berkembang”. Ini seharusnya bisa menjadi cambuk untuk
kita bangkit, kita lah harusnya sebagai Warga Negara Indonesia yang ikut
berperan membangun “negara berkembang” ini – akan/harus berkembang ke arah
mana? Menuju negara maju kah? Atau stag menjadi negara berkembang yang
sebenarnya tidak bergerak ke mana-mana.
Selama ini entah kita menyadari atau tidak, negara-negara maju
yang mengetahui bahwa Indonesia adalah negara yang penduduknya kebanyakan
konsumtif, memanfaatkan keadaan ini dengan terus menjejali masyarakat dengan
produk-produk mereka, menawarkan kecanggihan ini dan itu. Sehingga kita merasa segala
sesuatu yang dulu tidak mungkin terjangkau kini telah mudah terjangkau, kita
terus dimanjakan oleh produk-produk mereka. Bukan hanya dibidang teknologi
tetapi juga dalam bidang sandang dan pangan. Misalnya suatu kelompok yang suka
saling memamerkan bahwa mereka memiliki misalnya tas, baju, sepatu, dll yang
mereka beli secara impor, dan mereka sangat bangga akan hal itu. Tidak mereka
sadari, untuk membangun negara ini agar perekonomiannya semakin membaik atau
berkembang menuju negara maju, CINTAI LAH PRODUK DALAM NEGERI , SELAMATKAN MASA
DEPAN INDONESIA. Karena dengan menggunakan produk negeri sendiri, kita telah
membantu perekonomian di Indonesia. Mutu dan
kualitas produk Indonesia juga tidak kalah bagusnya dengan produk luar negeri
dan harganya lebih terjangkau. Dengan Indonesia yang maju, kita bisa
menyelamatkan anak cucu kita kelak dari kemiskinan.
2.
Cari kasus tentang peranan teknologi dalam mengatasi kemiskinan!
KASUS 2 :
Teknologi Informasi Untuk
Penanggulangan Kemiskinan
Rabu, 29 Mei 2013
Sumber Foto : google.com (ilustrasi) |
Beritabali.com, Denpasar. Kemiskinan memang merupakan masalah umum di dunia yang dipercaya
sudah seusia peradaban manusia. Dalam Deklarasi Millennium Development Goals(MDGs)
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang ditandatangani pada September 2005,
terdapat 8 sasaran yang akan diupayakan tercapai pada tahun 2015 dan sasaran
nomor satu adalah mengurangi kemiskinan.
Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan rencana jangka panjang (Tahun 2004–2015) untuk mengatasi kemiskinan. Kabupaten-kabupaten di Bali juga menghadapi masalah yang sama, berbagai upaya terus dilakukan untuk mengurangi kemiskinan.
TIK untuk Mengurangi Kemiskinan
Di tengah pesatnya perkembangan Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK), berbagai jenis aplikasi TIK dimanfaatkan untuk mempermudah dan mempertinggi kualitas hidup manusia. Namun demikian, masih belum banyak pihak yang melihat potensi TIK dimanfaatkan dalam upaya menanggulangi kemiskinan, terutama kemiskinan yang terjadi di kalangan masyarakat pedesaan. Padahal dengan beragam inovasi penggunaan TIK, seharusnya TIK juga dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan upaya penanggulangan kemiskinan.
Pemanfaatan TIK untuk strategi pembangunan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Roger Harris dalam bukunya yang berjudul Information and Communication Technologies for Poverty Alleviation (2004), mencatat sekurangnya 12 strategi penanggulangan kemiskinan yang dapat dimaksimalkan dampaknya dengan menggunakan TIK sebagai alat bantu, yaitu (1) Mendistribusikan informasi yang relevan untuk pembangunan; (2) Memberdayakan masyarakat yang kurang beruntung (disadvantaged) dan terpinggirkan (marginalized); (3) Mendorong usaha mikro (fostering microentrepreneurship); (4) Meningkatkan layanan informasi kesehatan jarak jauh (telemedicine); (5) Memperbaiki pendidikan melalui e-learning dan pembelajaran-seumur-hidup (life-long learning); (6) Mengembangkan perdagangan melalui ecommerce; (7) Menciptakan ketataprajaan (governance) yang lebih efisien dan transparan melalui egovernance; (8) Mengembangkan kemampuan; (9) Memperkaya kebudayaan; (10) Menunjang pertanian; (11) Menciptakan lapangan kerja (creating employment); dan (12) Mendorong mobilisasi sosial.
Penggunaan TIK untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia yang terwujud dalam bentuk Telecenter, Community Access Point, atau Balai Informasi Masyarakat telah mulai dilakukan oleh beberapa pihak diantaranya Bappenas, Mastel, APWKomitel, dll. Langkah ini memang telah memperlihatkan hasil yang menggembirakan.
Namun demikian, konsep penanggulangan kemiskinan dengan memanfaatkan TIK belum diterima luas, terbukti dari baru sedikitnya inisiatif pembangunan yang menggunakan pendekatan tersebut. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh rendahnya tingkat keyakinan akan kemungkinan keberhasilan program penangulangan kemiskinan yang menggunakan TIK sebagai alat bantunya, tapi juga disebabkan oleh faktor ketidakpastian akan keberlanjutan program dengan cara ini.
Kebijakan beberapa Pemerintah Kabupaten di Bali untuk membangun infrastruktur jaringan hingga ke desa-desa, merupakan sebuah tonggak penting dalam upaya mengurangi kemiskinan.
Teknologi Informasi Sebagai Sarana Akses Informasi
Salah satu strategi mengurangi kemiskinan dengan pemanfaatan TIK adalah menyediakan akses informasi. Beberapa Pemerintah Kabupaten/Kota di Bali sudah membangun Jaringan, mulai dari instansi pemerintahan, kecamatan, desa dan sekolah-sekolah, ke depannya tentu diharapkan bisa sampai ke komunitas-komunitas lokal seperti kelompok tani, kelompok nelayan dan kelompok usaha kecil menengah atau koperasi. Penyediaan akses informasi bersama dalam bentuk komputer dan internet serta bentuk-bentuk TIK lainnya dalam suatu tempat, yg umumnya disebut telecenter adalah media dan cara yang paling realistis untuk menjangkau kalangan masyarakat miskin. Bentuk telecenter dapat beragam, tetapi harus berorientasi pada pembangunan.
Salah satu tantangan terbesar telecenter adalah menyediakan informasi dan layanan yang relevan untuk masyarakat, seperti informasi yang dibutuhkan para petani dan nelayan. Pak Sukad contohnya, seorang petani melon asal Pabelan Jawa Tengah, berhasil meningkatkan panen melonnya dan mengurangi biaya-biaya tanam melonnya berkat informasi yang dia peroleh dari Internet.
Agar dapat berjalan berkesinambungan, masyarakat umum juga harus dapat merasakan manfaat yang dapat ditarik dari telecenter khususnya akses informasi yang disediakan. Manfaat ini secara ekonomis dapat dirasakan melalui peningkatan penghasilan atau mengurangi pengeluaran. Oleh karena itu, informasi atau layanan yang diberikan haruslah tepat sasaran dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, diolah dalam format yang sederhana, bahasa yang dimengerti, serta disebarkan dengan media komunikasi yang ada.
Teknologi Informasi Sebagai Sarana Pengembangan SDM
Dalam konteks pengentasan kemiskinan, mengembangkan SDM merupakan program utama pembangunan. Dipercaya bahwa rendahnya inisiatif masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan dengan cara mereka sendiri adalah salah satu faktor penghambat pembangunan. Rendahnya inisiatif ini terjadi antara lain karena masyarakat tidak berdaya. Masyarakat akan lebih berdaya apabila mereka berhasil mengembangkan kemampuannya.
Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan rencana jangka panjang (Tahun 2004–2015) untuk mengatasi kemiskinan. Kabupaten-kabupaten di Bali juga menghadapi masalah yang sama, berbagai upaya terus dilakukan untuk mengurangi kemiskinan.
TIK untuk Mengurangi Kemiskinan
Di tengah pesatnya perkembangan Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK), berbagai jenis aplikasi TIK dimanfaatkan untuk mempermudah dan mempertinggi kualitas hidup manusia. Namun demikian, masih belum banyak pihak yang melihat potensi TIK dimanfaatkan dalam upaya menanggulangi kemiskinan, terutama kemiskinan yang terjadi di kalangan masyarakat pedesaan. Padahal dengan beragam inovasi penggunaan TIK, seharusnya TIK juga dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan upaya penanggulangan kemiskinan.
Pemanfaatan TIK untuk strategi pembangunan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Roger Harris dalam bukunya yang berjudul Information and Communication Technologies for Poverty Alleviation (2004), mencatat sekurangnya 12 strategi penanggulangan kemiskinan yang dapat dimaksimalkan dampaknya dengan menggunakan TIK sebagai alat bantu, yaitu (1) Mendistribusikan informasi yang relevan untuk pembangunan; (2) Memberdayakan masyarakat yang kurang beruntung (disadvantaged) dan terpinggirkan (marginalized); (3) Mendorong usaha mikro (fostering microentrepreneurship); (4) Meningkatkan layanan informasi kesehatan jarak jauh (telemedicine); (5) Memperbaiki pendidikan melalui e-learning dan pembelajaran-seumur-hidup (life-long learning); (6) Mengembangkan perdagangan melalui ecommerce; (7) Menciptakan ketataprajaan (governance) yang lebih efisien dan transparan melalui egovernance; (8) Mengembangkan kemampuan; (9) Memperkaya kebudayaan; (10) Menunjang pertanian; (11) Menciptakan lapangan kerja (creating employment); dan (12) Mendorong mobilisasi sosial.
Penggunaan TIK untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia yang terwujud dalam bentuk Telecenter, Community Access Point, atau Balai Informasi Masyarakat telah mulai dilakukan oleh beberapa pihak diantaranya Bappenas, Mastel, APWKomitel, dll. Langkah ini memang telah memperlihatkan hasil yang menggembirakan.
Namun demikian, konsep penanggulangan kemiskinan dengan memanfaatkan TIK belum diterima luas, terbukti dari baru sedikitnya inisiatif pembangunan yang menggunakan pendekatan tersebut. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh rendahnya tingkat keyakinan akan kemungkinan keberhasilan program penangulangan kemiskinan yang menggunakan TIK sebagai alat bantunya, tapi juga disebabkan oleh faktor ketidakpastian akan keberlanjutan program dengan cara ini.
Kebijakan beberapa Pemerintah Kabupaten di Bali untuk membangun infrastruktur jaringan hingga ke desa-desa, merupakan sebuah tonggak penting dalam upaya mengurangi kemiskinan.
Teknologi Informasi Sebagai Sarana Akses Informasi
Salah satu strategi mengurangi kemiskinan dengan pemanfaatan TIK adalah menyediakan akses informasi. Beberapa Pemerintah Kabupaten/Kota di Bali sudah membangun Jaringan, mulai dari instansi pemerintahan, kecamatan, desa dan sekolah-sekolah, ke depannya tentu diharapkan bisa sampai ke komunitas-komunitas lokal seperti kelompok tani, kelompok nelayan dan kelompok usaha kecil menengah atau koperasi. Penyediaan akses informasi bersama dalam bentuk komputer dan internet serta bentuk-bentuk TIK lainnya dalam suatu tempat, yg umumnya disebut telecenter adalah media dan cara yang paling realistis untuk menjangkau kalangan masyarakat miskin. Bentuk telecenter dapat beragam, tetapi harus berorientasi pada pembangunan.
Salah satu tantangan terbesar telecenter adalah menyediakan informasi dan layanan yang relevan untuk masyarakat, seperti informasi yang dibutuhkan para petani dan nelayan. Pak Sukad contohnya, seorang petani melon asal Pabelan Jawa Tengah, berhasil meningkatkan panen melonnya dan mengurangi biaya-biaya tanam melonnya berkat informasi yang dia peroleh dari Internet.
Agar dapat berjalan berkesinambungan, masyarakat umum juga harus dapat merasakan manfaat yang dapat ditarik dari telecenter khususnya akses informasi yang disediakan. Manfaat ini secara ekonomis dapat dirasakan melalui peningkatan penghasilan atau mengurangi pengeluaran. Oleh karena itu, informasi atau layanan yang diberikan haruslah tepat sasaran dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, diolah dalam format yang sederhana, bahasa yang dimengerti, serta disebarkan dengan media komunikasi yang ada.
Teknologi Informasi Sebagai Sarana Pengembangan SDM
Dalam konteks pengentasan kemiskinan, mengembangkan SDM merupakan program utama pembangunan. Dipercaya bahwa rendahnya inisiatif masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan dengan cara mereka sendiri adalah salah satu faktor penghambat pembangunan. Rendahnya inisiatif ini terjadi antara lain karena masyarakat tidak berdaya. Masyarakat akan lebih berdaya apabila mereka berhasil mengembangkan kemampuannya.
TIK dapat
memberikan sumbangan untuk mempercepat proses pengembangan kemampuan tersebut,
baik itu proses pembelajaran formal maupun pelatihan. Dalam proses
pembelajaran, keberadaan infrastruktur jaringan Internet dapat berperan dalam
proses pembelajaran jarak jauh (e-Learning). Proses pembelajaran
jarak jauh juga dapat dimanfaatkan untuk proses pelatihan bagi berbagai
kelompok masyarakat, misalnya usaha kecil dan menengah, para penyuluh pertanian
dan perikanan serta masyarakat umum yang ingin mendapatkan ketrampilan.
Dengan penyediaan akses informasi dan peningkatan sumber daya manusia, kita harapkan terjadi peningkatan kemampuan masyarakat di Bali khususnya dalam upaya mengurangi kemiskinan. Semoga!
Penulis: I Putu Agus Swastika, M.Kom | STMIK Primakara | @guslongbanget
Sumber kasus 2 :
ANALISA KASUS
Kemiskinan masih menjadi momok
menakutkan bagi masyarakat Indonesia, sebab masih banyak masyarakat kita yang
masih terjebak dalam lingkar kemiskinan. Masyarakat yang mengalami kemiskinan
bukan hanya berada di daerah pelosok yang sulit terjangkau oleh bantuan
pemerintah, yang tinggal di dekat pusat pemerintahan pun banyak. Lalu KE MANA
sebenarnya pemerintah itu? Katanya pemerintah itu adalah pelayan masyarakat,
tetapi kenapa hanya berdiam dan terus saja memberi alasan. Daerahnya sulit
dijangkau lah, warganya tidak punya KTP lah, dan lain sebagainya. Menurut saya,
pemerintah sebagai pelayan masyarakat seharusnya berusaha semaksimal mungkin
menjangkau seluruh masyarakatnya. Jika masyarakat miskin itu kurang mendapatkan
pendidikan yang layak, maka berikan bantuan pendidikan gratis/ beasiswa. Jika tingkat
kesehatan masyarakatnya rendah, maka berikanlah bantuan pengobatan gratis tanpa
perlu dipersulit. Karena seperti yang pernah saya alami ketika saya berobat ke
rumah sakit di daerah saya dengan pendaftaran umum (tanpa askes/jamkesmas),
rumah sakit-rumah sakit yang menjadi rujukan pemerintah untuk melayani masyarakat
miskin secara gratis tersebut seperti mempersulit masyarakat yang menggunakan
askes/jamkesmas. Ketika itu, pasien yang mengantri sangat banyak dan kebanyakan
adalah orang yang sudah lanjut usia sehingga saya pikir saya juga ikut
mengantri menunggu giliran. Tapi anehnya, baru duduk beberapa menit, nama saya
dipanggil oleh suster untuk segera masuk memeriksakan diri. Betapa kagetnya
saya, diskriminasi terhadap orang-orang yang kurang mampu begitu terlihat saat
itu. Saya mendengar beberapa orang yang sudah mengantri lebih lama dari saya
memprotes kepada suster tersebut, saya juga merasa tidak enak hati. Saya
benar-benar tidak habis pikir! Kenapa masyarakat miskin begitu dianggap sebelah
mata, padahal kita semua sama-sama manusia, sama-sama makhluk ciptaan Allah
SWT. Sama derajatnya di mata Tuhan.
Mengenai peranan teknologi dalam mengatasi kemiskinan, kini
teknologi sudah semakin maju dan menjangkau seluruh daerah yang tidak mungkin
terjangkau, bisa terjangkau lewat dunia maya. Seperti yang disebutkan dalam
sumber kasus di atas, untuk mengatasi kemiskinan, salah satunya dengan
mengembangkan Sumber Daya Manusianya (masyarakatnya). Saya sependapat dengan
cara tersebut, mengarahkan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan mereka
dengan bantuan teknologi. Dengan adanya pengenalan teknologi terhadap
masyarakat miskin sekiranya dapat membantu mengembangkan wawasan mereka
terhadap hal-hal yang ingin mereka ketahui. Misalnya, lembaga pemerintah atau
swasta mendatangi masyarakat miskin yang masih tidak mengenal teknologi (gagap
teknologi) kemudian mengumpulkan masyarakat dan melakukan pengenalan, pembinaan,
pengajaran,dan pengarahan tentang teknologi. Mengajari bagaimana cara
mengoperasikan komputer kemudian mengadakan usaha kerja sama yang dapat membuat
hidup masyarakat miskin menjadi lebih baik dan berkecukupan.
REFERENSI:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.