Harapan itu selalu ada untuk orang-orang yang tidak mudah menyerah! Semangaaaaaaaaaaaaaat! :)

Sabtu, 18 Oktober 2014

PANORAMA KEINDAHAN DANAWARIH

PANORAMA KEINDAHAN DANAWARIH

Saat menginjak kelas satu SMA, saya pergi ke sebuah tempat wisata lokal bersama teman-teman satu ekstrakurikuler Kerohanian Islam (ROHIS). Perjalanan wisata ini biasa disebut dengan tafakur alam.

Lokasi tafakur alam yang kami kunjungi ini bernama DANAWARIH. Danawarih yang memiliki arti sebagai tempat menampung air yang banyak. Ya, tempat ini merupakan sebuah bendungan yang digunakan masyarakat sekitar sebagai sumber pengairan mereka. Baik untuk mengairi ladang maupun untuk keperluan sehari-hari.

Danawarih terletak di daerah Balapulang, Kabupaten Tegal.

Hari itu kami berkumpul terlebih dahulu di sekolah untuk berangkat bersama menggunakan dua buah angkutan umum yang telah kami sewa. Kami memang harus menyewa kendaraan untuk menuju ke sana karena belum ada trayek angkutan yang menuju tempat wisata Danawarih saat itu. Perlu waktu sekitar satu hingga dua jam untuk sampai ke Danawarih jika menggunakan angkutan umum. Tidak hanya lokasinya yang memang cukup jauh dari sekolah kami tetapi juga karena akses jalan menuju bendungan Danawarih yang hanya dapat di tempuh dengan berjalan kaki, menggunakan sepeda maupun sepeda motor saja. Jadilah setelah sampai di desa Danawarih, angkutan yang kami tumpangi tersebut berhenti tepat di perbatasan jalan yang hanya bisa ditempuh dengan cara tadi.

Satu per satu dari kami menyusuri setapak demi setapak jalan menuju bendungan. Baru saja menuruni turunan dari perbatasan jalan tadi, saya melihat sebuah pemandangan yang begitu asri dan menyejukkan di depan mata. Hanya warna hijau pepohonan dan suara aliran sungai yang jernih lah yang saya dengar disepanjang jalan.

image source: dokumen pribadi

Terlihat hamparan terasering dan hamparan hutan jati di kejauhan, dahan-dahannya terlihat bergoyang kesana kemari tersapu angin seakan bernyanyi bahagia menyambut kedatangan saya dan teman-teman. Di kanan dan kiri jalan yang saya lewati juga terdapat barisan pepohonan yang menjulang tinggi dan meneduhi. Bisa terlihat dari ukurannya yang begitu besar, pohon-pohon itu sepertinya sudah berumur sangat lama. Tidak hanya itu, di sebelah kanan jalan menuju bendungan juga terdapat aliran sungai yang sangat jernih sehingga saya dan teman-teman dapat melihat ke dasar sungainya. Sungguh, tempat yang sangat membuat saya ingin selalu tinggal di sana. Bahkan pikiran saya sempat bertanya-tanya sendiri, apakah surga seperti di sini? Jika di sini memiliki tempat yang sangat indah seperti ini, bagaimana di surga? Pasti lebih indahnya lebih dari di sini. Tidak ada suara bising ataupun polusi-polusi yang meracuni udara, tanah dan sungai.

image source: www.khaedaralie.blogspot.com

Di Danawarih tidak hanya terkenal dengan bendungan besar dan pemandangannya yang indah saja tetapi di sana juga dapat dijadikan sebagai tujuan wisata religi. Karena tidak jauh dari tempat perbatasan jalan masuk menuju bendungan, terdapat sebuah bangunan berpagar biru putih yang ternyata merupakan sebuah makam. Makam tersebut merupakan yang dikeramatkan tidak hanya oleh warga sekitar tetapi juga oleh seluruh masyarakat Kab. Tegal. Karena makam tersebut merupakan makam dari pendiri Kota Tegal yang bernama Ki Gede Sebayu. Untuk memasuki makam tersebut juga tidak bisa sembarangan. Terdapat peraturan yang harus dipatuhi. Yaitu pengunjung tidak boleh membuat kegaduhan, dilarang merokok dan dilarang masuk bagi wanita yang sedang berhalangan. Jika ada yang dengan sengaja melanggar, dipercaya akan terjadi sesuatu yang buruk terhadap orang tersebut. Entah apakah hal tersebut benar adanya atau tidak. Tetapi terkadang untuk melindungi serta melestarikan suatu cagar budaya, mitos adalah suatu hal yang cukup membantu untuk membuat cagar budaya tersebut lebih lestari dan terlindungi dari tangan-tangan jahil manusia.

image source: www.google.com
di dalam bangunan inilah terdapat makam Ki Gede Sebayu
Di area luar makam juga tersedia fasilitas umum seperti toilet dan mushola bagi yang ingin beribadah.

Setelah sekitar 30 menit berjalan bersama melewati rindangnya pepohonan. Saya dan teman-teman akhirnya sampai di tebing yang berada di tepi sungai besar, Danawarih. Kami singgah di sana beberapa menit untuk beristirahat sejenak sambil mempersiapkan barang yang akan di bawa untuk turun ke sungai.

take a rest for a few minute

Saya dan teman-teman akhirnya turun ke sungai dengan hati-hati karena kami harus melewati tanah yang liat dan melompati beberapa batu. Kami saling membantu satu sama lain. Rasanya sangat senang ketika akhirnya sampai di tepi aliran sungai. Sungai yang begitu bersih terlihat di depan mata, tidak ada sampah yang mencemari sungai. Saya menenggelamkan kaki di antara riak-riak air sungai sambil bercanda mencipratkan air ke arah teman-teman. Mereka pun membalas dan perang air akhirnya tidak terhindarkan. Rasanya seperti mengulang masa ketika bermain di sungai saat masih kecil dulu.



Tak berapa lama, ketua organisasi Kerohanian Islam kami menenangkan keramaian yang terjadi dan menjelaskan bahwa kami harus membagi team menjadi dua kelompok dan berdiri di tempat yang terpisah untuk melakukan sebuah games kecil-kecilan. Games ini berguna sebagai media untuk lebih mengakrabkan hubungan antar anggota tanpa harus memandang status sebagai junior atau senior. Karena apapun status yang disandang, hubungan di antara kami adalah sebagai teman sekaligus keluarga di bawah naungan organisasi rohis.

Datang lah beberapa anggota rohis yang lain dengan membawa beberapa kantong plastik bening yang telah terisi air sungai. Aturan permainannya, jika ada kantong plastik berisi air yang paling banyak mengenai tim lain, maka tim tersebut yang menang. Perang lempar air itu pun dimulai. Kedua tim saling menyerang satu sama lain dan jika ada kantong air yang mengenai lawan dan pecah, maka plastik tersebut harus segera dipungut agar tidak mengotori sungai.

bersiap sebelum perang air
teamku
kakak senior memberikan semangat untuk tim yang berperang air dengan gaya mereka

the war is beginning! Perang pun dimulaiiiiiiii
timku 

timku mencoba menghindari serangan dari tim lawan



Saya dan teman-teman saling melempar sambil tertawa bahagia karena ada beberapa anggota tim yang bersembunyi dengan cara menenggelamkan badannya ke dalam sungai untuk menghindari lemparan dan hanya menyisakan kepalanya saja di permukaan air. Ada pula yang bersembunyi di balik batu-batu besar yang diduga terbawa bersama lahar dingin pada saat gunung di Jawa Tengah meletus beberapa tahun yang silam. Batu-batuan tersebut ada yang teronggok di tepian hingga ke tengah sungai. Ukurannya pun ada yang teramat sangat besar hingga yang berukuran kecil.
berdoa terlebih dahulu sebelum makan sebagai tanda syukur

break for lunch

image source: wikipedia.org
Setelah berbasah-basah ria di sungai, kami kembali naik ke tebing dan menggelar acara makan siang bersama. Namun karena hari itu adalah hari kamis jadi terdapat beberapa anggota yang tidak makan siang karena sedang melakukan ibadah shaum (puasa). Meskipun hari sudah mulai siang dan matahari semakin terik bersinar, udara di Danawarih masih terasa sejuk karena memang letaknya yang berada di dataran tinggi. Selain itu, saat saya dan teman-teman berkunjung ke sana bertepatan dengan musim penghujan. Jadi walaupun matahari bersinar terik, gumpalan-gumpalan awan mendung tetap berkeliaran mengitari hamparan langit menunggu waktu yang tepat untuk menghujani daerah di bawahnya.
 

Tidak jauh dari tebing, terdapat sebuah jembatan gantung sepanjang ±200 meter membentang di atas sungai. Kami pun memutuskan untuk menyeberanginya dan singgah di desa seberang. Jembatan gantung yang cukup kokoh dan hanya hanya memiliki lebar satu meter itu menghubungkan desa Danawarih dan desa Sangkan Jaya. Karena itulah, jembatan itu adalah akses satu-satunya bagi warga untuk saling mengunjungi jika memiliki kerabat di desa seberang, juga sangat berguna bagi masyarakat Sangkan Jaya yang akan menuju ke daerah kota.

Satu persatu menyeberangi jembatan dengan hati-hati. Namun beberapa anggota akhwat (perempuan) agak histeris ketika melewati tengah-tengah jembatan karena jembatan bergoyang kesana kemari seolah akan jatuh. Meskipun histeris kami malah sempat saling mentertawai karena melihat ekspresi panik yang lucu. Tetapi rasa takut seketika hilang saat kami kembali menyaksikan sekali lagi pemandangan begitu indah yang disajikan oleh alam semesta. Siluet pegunungan dan bukit membentang di kejauhan. Sungai besar yang terbelah seolah tergambar oleh alam bermuara ke tengah pengunungan dan bukit itu. Hamparan hutan dan ladang di kejauhan, burung-burung kecil berkerumun terbang membelah angkasa dengan sayap-sayap kecil mereka. Seperti tiada lelah menempuh jarak yang begitu jauh untuk dapat menyaksikan alam semesta yang begitu indah tercipta oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sehabis singgah sejenak di desa Sangkan Jaya, kami memutuskan kembali ke desa Danawarih untuk melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah di area mushola makam Ki Gede Sebayu. Sebelum sholat beberapa anggota yang pakaiannya kotor dan basah karena bermain di sungai pun berganti pakaian terlebih dahulu di toilet. Baru kemudian berjamaah melaksanakan sholat Dzuhur.

Sayang sekali seusai sholat Dzuhur, kami tidak dapat melanjutkan tafakur alam di Danawarih. Karena tanpa disangka gerimis mulai turun membasahi. Selain itu, beberapa anggota yang letak rumahnya sangat jauh pun meminta untuk segera pulang lebih awal. Akhirnya dengan berat hati, saya dan teman-teman harus mengakhiri perjalanan tafakur alam kali ini. Sebelum benar-benar meninggalkan Danawarih, kamipun sempat mengabadikan momen kebersamaan dalam sebuah jepretan foto. 

Hati rasanya sudah jatuh hati dengan Danawarih karena keindahannya. Berat rasanya untuk meninggalkan tempat indah itu. Di dalam hati saya berjanji, suatu hari nanti akan kembali ke tempat itu untuk kembali menikmati pemandangan alam yang begitu memanjakan mata. Sekaligus mensyukuri ciptaan Tuhan yang tiada duanya. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.